PRAKTEK LAPANGAN
MEKANISASI PERTANIAN
“Pemanenan
dan Perontokan gabah padi”
OLEH
NAMA :
DERMAWAN PURBA
NPM : E1J010021
DOSEN :
Ir. MEIZUL ZUKI MP
Ir. YUSRIL DANI MP
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Praktek lapang
A.
Pemanenan Padi Dengan Sabit
Penanganan pasca
panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu penentuan saat panen,
pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat
perontokan, penundaan perontokan, perontokan, pengangkutan gabah ke rumah
petani, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan,
pengemasan dan pe-nyimpanan beras.
A. Penentuan
Saat Panen
Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan
penanganan pasca panen padi.
Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan
hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat dilakukan
berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.
1)
Pengamatan Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat
kenampakan padi pada hamparan lahan sawah.
Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila
90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning
keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi
tersebut akan menghasilkan gabah ber-kualitas baik sehingga menghasil-kan
rendemen giling yang tinggi.
2) Pengamatan Teoritis
Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi
varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture
tester. Berdasar-kan deskripsi varietas
padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga
merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen optimum
dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 % pada musim kemarau, dan
antara 24 – 26 % pada musim penghujan (Damardjati, 1974; Damardjati et al, 1981).
B. Pemanenan
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang
tepat, menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis,
kesehatan, ekonomi dan ergonomis, serta menerapkan sistem panen yang tepat.
Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan
hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah.
Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila pemanen padi dilakukan secara tidak tepat.
1)
Umur Panen Padi
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(a) 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning.
(b) Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata.
(c) Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan moisture tester.
Cara pemanenan padi dapat dibagi dua
macam cara, yaitu cara tradisional
dan cara mekanis. Dengan cara tradisional alat yang digunakan adalah ani-ani atau
sabit. Alat panen tradisional dari sejak jaman dahulu hingga kini masih tetap digunakan
oleh para petani untuk memanen padinya. Alat ini sangat sederhana, yaitu ani-ani
dan sabit yang digunakan dengan tenaga tangan.Oleh karena itu disamping ada
beberapa keuntungan , juga banyak kerugianoleh alat ini.
Alat
panen ani-ani terdiri dari dua bagian utama, yaitu pisau dan kayu
genggaman
yang juga tempat meletaknya pisau. Sedangkan sabit juga terdiri
dari
dua bagian yang sama, hanya perbedaannya dalam bentuk. Gambar 51
diberikan
contoh ani-ani dan sabit. Sejalan dengan
perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman,
cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai
dengan tuntutan kebutuhan. Tuntutan kebutuhan manusia akan pakan mendesak
pemikir untuk memecahkanmasalah-masalah bagaiman meningkatkan produksi,
meningkatkan produksi kerja
sesuai dengan waktu yang tersedia.
Dalam meningkatkan produksi, salah satu
aspek yang harus ditekan serendah
mungkin adalah masalah kehilangan produksi diwaktu panen. Sedangkan dalam
meningkatkan kemampuan kerja adalah bagaimana menekan waktu yang dibutuhkan
dalam menanam dalam satuan luas tertentu.
Ini bertujuan agar dalam waktu yang cepat dapat memungut hasil yang optimum dengan
kehilangan produksi serendah mungkin dan efisiensi kerja serendah mungkin.
Alat dan mesin panen terdiri dari banyak
macam dan jenisnya yang digolongkan
menurut jenis tanaman dan tenaga penggerak, juga menurut cara tradisional maupun
semi-mekanis sampai yang modern. Menurut jenis tanaman, alat dan mesin
panen digolongkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian,
tebu, rumput-rumputan, kapas dan umbi-umbian.
Sedangkan
untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian dibagi jenisnya untuk padi, jagung,
kacang-kacangan. Sabit merupakan
alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu
sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit
biasa/ bergerigi pada umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul
baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur-kan
karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 % (Damardjati et al, 1989; Nugraha et al, 1990). Spesifikasi
sabit bergerigi yaitu:Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan
panjang 15 cm.Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi
antara 12 – 16 gerigi sepanjang 1 inci.Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas,
potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan
bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau meng-gunakan pedal
thresher. Pe-motongan dengan cara potong
atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher. Berikut ini
cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan
kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman.Tempatkan mata sabit pada bagian
batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan
tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami terputus.
B. Perontokan Padi Dengan Mesin perontok
Perontokan padi merupakan tahapan lanjutan setelah padi
selesai dipanen dan di kumpulkan pada
suatu tempat tertentu, perontokan padi yaitu pemisahan biji padi atau pemisahan
padi dari malai dan tangkainya. Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah
kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan
perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau menggunakan
mesin perontok. Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut
tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan
tenaga yang cukup melelahkan.sehingga dengan perkembnagan zaman yang begitu
cepat di ciptakan alat yang mempermudah kerja manusia seperti Mesin perontok yang dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas
kerja, meningkatkan effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan
memperoleh mutu hasil gabah yang baik. Bermacam – macam jenis dan merk mesin
perontok padi dapat dijumpai di indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas
kecil, sedang, hingga kapasitas besar. Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan,
penumpukan dan pengum-pulan padi. Pada
tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan
dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara
perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi
menggunakan pedal thresher dan power thresher. Power thresher
merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak enjin. Kelebihan
mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas
kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Penggunaan
mesin thereser mempermudah kinerja padi dalam perontokan padi karna
mesin ini digerakkan oleh mesin penggerak yanng memilki kemampuan dan mobilitas
tinggi dibandingkan dengan mesin perontok tradisional yang memakan waktu lama
dan membutuhkan tenaga yang besar.
1.2. Tujuan praktek lapang
- Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan untuk pemanen
padi , serta mengetahui cara pemanenan dengan menggunakan sabit dan melihat
mobilitas pemanenan dengan menggunakan Sabit.
- Untuk Mengetahui Cara perontokan Padi Dengan
menggunakan mesin perontok padi ataupun mesin power thresher dan melihat dan
mengamati mobilitas perontokan padi dengan mesin perontok padi.
-Untuk Mengetahui Tata Cara Pengolahan Lahan Dengan
Menggunakan Traktor,yang memakai Bajak dan mengetahui prinsip kerja Alat Yang
Dipakai.
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. Pemanenan Padi
Dengan Sabit
1.
Alat panen padi tradisional
Alat panen tradisional dari sejak jaman
dahulu hingga kini masih tetap digunakan
oleh para petani untuk memanen padinya. Alat ini sangat sederhana, yaitu
ani-ani dan sabit yang digunakan dengan tenaga tangan. Oleh karena itu
disamping ada beberapa keuntungan , juga banyak kerugian
oleh
alat ini.
Alat panen ani-ani terdiri dari dua
bagian utama, yaitu pisau dan kayu genggaman yang juga tempat meletaknya
pisau. Sedangkan sabit juga terdiri dari dua bagian yang sama, hanya
perbedaannya dalam bentuk. Gambar 51 diberikan contoh ani-ani dan sabit.
Kelemahan-kelemahan
dari penggunaan alat ini adalah :
1.
Kebutuhan tenaga orang per hektar banyak
2.
Kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan
alat mekanis
3.
Kenyamanan bekerja rendah
4.
Kapasitas kerja rendah
5.
Biaya panen perhektar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat
mekanis,
tapi biaya awal tidak ada.
Sedangkan
keuntungannya adalah :
1.
Memberikan kesempatan kerja yang banyak kepada para buruh panen
2.
Hasil pemotongan gabah dengan ani-ani ini lebih bersifat terpilih
3.
Harga alat panen sangat murah, bisa dimiliki oleh setiap petani
Kapasitas kerja panen secara tradisional
diukur dengan jumlah orangjam yang
dibutuhkan tiap hektar. Sebagai contoh panen dengan sabit, kebutuhan orang jam adalah
148 orang jam/Ha untuk memotong dan mengikat padi. Ini berarti bila panen
dengan sabit dilakukan oleh satu orang pria akan membutuhkan waktu 148 jam,
atau sebaliknya bila ada 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya
dibutuhkan 1 jam untuk memanen satu hektar.
Dengan hasil tradisional ini, kehilangan
gabah dilapang diperkirakan berkisar
antara 8 sampai 10 persen dari hasil perhektar. Kehilangan ini diakibatkan oleh gabah
yang rontok dari tangkainya atau karena pencucianpencucian dan terinjak-injak ke
dalam tanah. Bila dengan ani-ani padi dipotong pada 15-20 cm dari ujung malai,
sedangkan dengan sabit dipotong sekitar
10-20 cm dari permukaan tanah.
Pemanenan padi
harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan,
ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus
sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan
mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru
yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit
biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat
tajam. Sabit merupakan alat pemotong
atau pemanen padi yang seringdigunakan petani.
Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi
secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit biasa/ bergerigi pada umumnya digunakan
untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64
dan Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi
sangat dianjur-kan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 %
(Damardjati et al, 1989; Nugraha et al, 1990). Spesifikasi
sabit bergerigi yaitu:
o
Gagang
terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15 cm.
o
Mata
pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12 – 16 gerigi
sepanjang 1 inci.
Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara
potong atas, potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan
bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau meng-gunakan pedal
thresher. Pe-motongan dengan cara potong
atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher. Berikut ini
cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:
o
Pegang
rumpun padi yang akan dipotong dengan
tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman.
o
Tempatkan
mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung
cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami
terputus.
2.2.
Perontokan padi Dengan Mesin Perontok
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah
pemotongan, penumpukan dan pengum-pulan padi.
Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan
perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %.
Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot
menjadi menggunakan pedal thresher
dan power thresher.
1) Perontokan padi dengan cara digebot
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang
masih banyak digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:
(a) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki
berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah.
(b) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu
membujur atau melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm.
(c) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding
penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan
terbuka.
Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :
(a) Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot
pada meja rak perontok ± 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang
ada di bawah meja rak perontok.
Hasil rontokan berupa
gabah kemudian dikumpulkan.
Gambar 8. Perontokan padi dengan cara gebot
2) Perontokan padi dengan pedal thresher
Thresher
jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh
petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing
ketengah lapangan/ sawah. Pada umumnya
hanya dipakai untuk merontok padi. Thresher jenis pedal ini tidak dikategorikan
sebagai ”Mekanis” karena menggunakan
mesin penggerak (bensin/ diesel).
Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan
konstruksi sederhana dan digerakan meng-gunakan tenaga manusia. Ke-lebihan alat ini dibandingkan dengan alat
gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan mengurangi
kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan
oleh 1 orang. Bagian komponen pedal thresher terdiri dari :
(a) Kerangka utama terbuat dari kayu kaso atau pipa besi
dengan ukuran keseluruhan unit bervariasi, biasanya 120 cm x 120 cm.
(b) Silinder perontok terbuat dari lepengan papan berjajar
berkeli-ling membentuk silinder dengan diameter 36 – 38 cm dan lebar 42 – 45
cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup
dengan pipa bulat setebal 2 – 3 cm. Pada lempengan papan tersebut ditancapkan
gigi perontok yang terbuat dari kawat baja berbentuk huruf V terbalik. Ukuran
lempengan kayu, tebal 10 – 15 mm, lebar 90 mm dengan jarak antar lempengan 15
mm. Tinggi perontok ± 50 mm dengan lebar kaki-kaki sebesar 25 mm dengan jarak
antar gigi 40 mm. Jumlah gigi perontok pada satu lempengan 10 buah dan jumlah
lempengan papan 12 buah. Cara pemasang-an gigi perontok 20 mm diberi bantalan
ball bearing yang posisinya duduk pada rangka utama.
(c) Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket
yang prinsip kerjanya sama seperti mesin jahit.
(d) Tutup penahan gabah terbuat dari lembaran plastik atau
terpal dengan ukuran > 0 cm x 40 cm x 35 cm. Bagian ini dapat dilepas dari
kerangka utama.
Penggunaan pedal thresher
dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 2,5 %. Berikut ini
cara perontokan padi dengan pedal thresher :
(a)
Pedal
perontok diinjak dengan kaki naik turun.
(b)
Putaran
poros pemutar memutar silinder perontok.
(c)
Putaran
silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan memukul gabah yang menempel pada
jerami sampai rontok.
(d)
Arah
putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-jauh dari operator).
Gambar 1. Perontokan padi dengan pedal thresher
3) Perontokan padi dengan power thresher
Power
thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak
enjin. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat
perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih
tinggi. Bagian komponen power thresher terdiri dari:
(a) Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm
x 4 mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan
komponen lainnya.
(b) Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter
berjajar berkeliling membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40
– 60 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm.
Pada besi strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat
dari besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi
perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung poros
diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.
(c) Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan
perontok dan pelat pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas
silinder perontok, terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini
mengarah ke pintu pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok.
Terbuat dari plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di
sebelah bawah silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8
mm bersusun menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja
adalah 18 – 20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15
mm. Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang
gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan ukuran
15 – 15 mm.
(d) Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok,
ukuran ayakan 45 mm x 390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm.
Ayakan terdiri dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm
x 13 mm dan bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun
melalui sitem as nocken.
(e) Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas
5 – 7 buah.
(f) Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari
motor penggerak silinder perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang digunakan adalah tipe
B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600 RPM.
Penggunaan power
thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %.
Berikut ini cara perontokan padi dengan power
thresher :
(a) Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok
dengan mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok
masuk ke dalam ruang perontok.
(b) Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok
secara manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi
yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.
(c) Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok
sesuai dengan yang diinginkan untuk merontok padi
(d) Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang
di-masukkan dari pintu pemasuk-kan.
(e) Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok,
tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu
pengeluaran jerami.
(f) Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui
saringan perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu
peng-eluaran jerami.
(g) Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari
saringan perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh
kipas angin.
(h) Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan
tertiup terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
(i) Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah
melalui ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung
pada pintu pengeluaran padi bernas.
Gambar 2. Perontokan padi dengan power thresher
Adapun Yang menjadi keunggulan dari
mesin perontok padi Yaitu mesin Threser adalah :
- Mobilitas tinggi (menggunakan
roda transportasi).
- Pengumpanan (Input) jerami
fleksibel dengan menutup dan membuka pintu input.
- Metode potong pendek (Through
In), pengumpanan langsung jerami ke mesin perontok.
- Metode potong panjang (Hold
On), pengumpanan jerami dipegang dengan tangan.
- Kecepatan putar kipas
penghembus dapat diatur (rpm) dengan cara mengganti diameter pully kipas
penghembus.
BAB III Hasil dan Pembahasan
3.1.Pemanenan
Dengan Sabit
a.
Nama Alat : Sabit
b.
Spesifikasi Alat
- merupakan alat yang terbuat dari baja yang memiliki gagang
yang terbuat dari kayu atau rotan.
- Bagian baja yang melengkung bergerigi dengan tebal baja
2-3 mm
-Memiliki bentuk melengkung dengan ujung yang meruncing.
-Bekerja jika ada bantuan manusia.
c.
Fungsi Sabit Untuk memotong padi dari batangnya
atau untuk memanen padi dengan cara memotong.
d.
Prinsip kerja Alat ; Sabit bekerja jika ada bantuan manusia, sabit akan
memotong padi karna memiliki bagian yang bergerigi dan tajam.
e.
Kapasitas kerja Sabit Dan Hasil Praktikum
Pengulangan
|
Pengukuran Vertical
(cm)
|
Pengukuran Horizontal
(cm)
|
Waktu Dalam memanen 32 Rumpun
|
1.
|
22
|
21
|
1 menit 3 detik
|
2.
|
20
|
23
|
1 menit 40 detik
|
3.
|
25
|
27
|
44
detik
|
4.
|
19
|
20
|
40
detik
|
Total
|
18
|
20
|
42
detik
|
Rata – Rata
|
20,8
|
20,22
|
57,8
|
v Jarak
tanam padi :
1. 22
x 21 cm
2. 23 x 20 cm
3. 25
x 27 cm
4. 19
x 20 cm
3.2.
Perontokan Padi Dengan Mesin Thresher
a. Nama Alat : Mesin Thresher
b. Spesifikasi Alat
a. Tenaga penggerak : Mesin
diesel atau bensin 5,5 HP s/d 6 HP
b. Berat keseluruhan : 110 kg
c. Panjang X Lebar X Tinggi :
1325 X 965 X 1213
d. Kapasitas kerja :
500 hingga 600 kg per jam Padi
350 hingga 450 kg per jam Kedelai
700 hingga 1000 kg per jam Jagung
e. Kecepatan putar silinder :
untuk padi 600 rpm
untuk kedelai 600 – 650 rpm
untuk jagung 650 – 700 rpm
f. Kebutuhan tenaga : 3
sampai 4 orang
g. Kebutuhan bahan bakar : 0,9 liter per jam bensin
1,0 liter per jam solar
h. Power thresher merupakan mesin perontok
yang menggunakan sumber tenaga motor penggerak. Penggunaan power thresher dalam
perontokan padi dapat menekan kehilangan hasil sekitar 3 %.
i. Kerangka utama terbuat dari besi siku,
ukuran 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm,
merupakan kedudukan komponenlainnya.
j. Silinder perontok terbuat dari besi strip
dengan diameter berjajar berkelilingmembentuk silinder deangann diameter 30 –
40 cm dan lebar 40 – 60 cm.Disisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat
tebal 2 – 3 mm. Pada besistrip yang melintangtersebut terpasang gigi perontok
yang terbuat dari besi asbaja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur.
Jumlah gigi perontok30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua
ujung poros diberibantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka
utama.
K. Dalam ruang silinder terdapat sirip
pembawa, saringan perontok dan pelatpendorong jerami. Sirip pembawa terletak di
bagian atas silinder perontok,terletak menempel pada tutup atas perontok.
Terbuat dari plat lembarandengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di
sebelah bawah silinderperontok, terbuat dari kawat baja 0,6 – 8 mm bersusun
menjajar, membentuksetengah lingkaran, jarak antar besi baja adalah 18 – 20 mm
dan jarak antaraujung gigi perontok dan jaringan minimal 5 mm. Pelat pendorong
jeramiterpasang pada silinder perontok yang terpasang gigi perontok. Bagian
initerbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm dengan ukuran 5 – 15 mm.
l. Ayakan terletak disebelah bawah saringan
perontok, ukuran ayakan 45 mm x390 mm, terbuat dari besi plat lembaran tebal
1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari dua tingkat.
m. Kipas angin terbuat dari plastik dengan
jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
n. Unit transmisi tenaga, melalui puller
dan V belt dari motor penggerak silinderperontok. Putaran silinder perontok
untuk merontokan padi adalah 500 – 600RPM.
c. Fungsi Alat : Funsi power thresher adlah
untuk merontokkan padi atau memisahkan biji padi dar malainya.
d. Prinsip Kerja Alat
-hidupkan
mesin, biarkan sebentar mesin tanpa muatan. Periksalah posisi unit keseluruhan
mesin, jangan sampai bergeser akibat getaran atau berpindah tempat.
-Masukkan
sedikit bahan asupan untuk memeriksa kemampuan alat, tambah kecepatan putar
(rpm) drum perontok bila ternyata masih ada biji – bijian yang belum terontok.
-Setelah mesin
siap dioperasikan, masukkan bahan asupan yang akan dirontok ke pintu pemasukan
secara teratur sebanyak mungkin tanpa menimbulkan overload, Tumpuklah bahan di
meja pemasukan seefektif mungkin dua sampai tiga orang diperlukan untuk
melayani mesin ini.
-Kurangi
pemasukan bahan bila terasa akan menjadi overloading,
terutama untuk bahan yang masih belum
kering. Apabila mesin macet/ slip karena overloading, matikan mesin, bukalah
tutup mesin dan bersihkan bagian dalamnya.
-Apabila
dirasa posisi meja pengumpan terlalu tinggi, pergunakan alat bantu meja atau
kursi untuk tempat berdiri operator pengumpan atau rendahkan posisi dudukan
mesin perontok.
-Cegahlah
jangan sampai ada benda asing (batu, kayu, logam, mur, baut, kawat dsb) yang
masuk kedalam mesin.
-Kotoran
berbentuk jerami yang keluar dari pintu pelempar jerami atau kipas penghembus
harus segera dijauhkan dari mesin, agar tidak menyumbat saringan atau tercampur
dengan gabah bersih hasil perontokan, bila perlu gabah ditampung langsung
menggunakan karung di depan mulut pintu pengeluaran gabah.
e. Kapasitas Kerja Alat
Untuk perontokan
padi kapasitas kerja mesin thresher dalam satuan karung
Pada saat
pemanenan padi, diperhatikan waktu
perontokan dan hasil per karung dalam satuan waktu yang
dihasilkan dalam perontokan gabah
padi yaitu diantaranya :
waktu
|
Jumlah
karung
|
Mulai
|
08 : 02
|
1
|
istrirahat
|
09:15
|
9
|
Akhir
|
10 :50
|
15
|
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
·
Pemanenan
padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin
panen yang memenuhi persyaratan teknis, dan menerapkan sistem panen yang tepat.
Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan
hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah
·
Sabit
merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2
jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi
Adapun
Yang menjadi keunggulan dari mesin perontok padi Yaitu mesin Threser adalah :
- Mobilitas tinggi (menggunakan
roda transportasi).
- Pengumpanan (Input) jerami
fleksibel dengan menutup dan membuka pintu input.
- Metode potong pendek (Through
In), pengumpanan langsung jerami ke mesin perontok.
- Metode potong panjang (Hold
On), pengumpanan jerami dipegang dengan tangan.
·
Kecepatan putar kipas penghembus dapat diatur (rpm) dengan
cara mengganti diameter pully kipas penghembus
·
pengolahan tanah dapat merubah dan atau memperbaiki struktur
tanah serta memberantas gulma. Perbaikan struktur tanah dengan pengolahan tanah
diduga dapat berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman
·
Tarktor memiliki komponenen penting berupa bajak dan Garu
yang memiliki funsi berbeda dalam pengolahan Tanah
Saran
Selama
Melakukan Praktikum Buth Perhatian yang serius dari dosen pembing-bing agar
praktikum dapat berjalan dengan baik dan mendapat hasil yang optimal. Dan dalam
pharus dipersiapkan dengan baik, khususnya praktikum lapangan harus dipersiapkan
baik agar tidak ada acatra praktikum yang batal atau tidak jadi di
praktikumkan.
Daftar Pustaka
Koga, Y. 1988. Farm Machinery Vol. II. Tsukuba International
Agricultural Training
Centre. JICA.
Srivastava, A. K., C. E. Goering, R. P. Rohrbach. 1993.
Enginering Principles of Agricultural Machines. ASAE Texbook Number 6, American
Society of Agriculutural Engineers.
Setiawan,
R. P. A. 2001. Research Report on Development of Variable Rate Granular Applicator for Paddy Field.
Laboratory of Agricultural Machinery, Kyoto University
Direktorat
penangan pasca panen. 2008. Juknis perontokan mekanis dan semi mekanis. http//;
www.geoogle.com.
Tim
mekanisasi pertanian.2010. Petunjuk Praktikum Mekanisasi Pertanian. FAPERTA UNIB