Kamis, 21 Juni 2012

Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman

A. Klasifikasi Iklim Oldeman
Oldeman membagi iklim menjadi 5 tipe iklim yaitu :
  • Iklim A. Iklim yang memiliki bulan basah lebih dari 9 kali berturut-turut
  • Iklim B. Iklim yang memiliki bulan basah 7-9 kali berturut-turut
  • Iklim C. Iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali berturut-turut
  • Iklim D. Iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut
berdasarkan urutan bulan basah dan kering dengan ketententuan tertentu diurutkan sebagai berikut:
  1. Bulan basah bila curah hujan lebih dari 200 mm
  1. Bulan lembab bila curah hujan 100 – 200 mm
  1. Bulan kering bila curah hujan kurang dari 100 mm
A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.

B : Jika terdapat 7 
- 9 bulan basah berurutan.

C : Jika terdapat 5 -
6 bulan basah berurutan.

D : Jika terdapat 3
- 4 bulan basah berurutan.

E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan
Pada dasarnya Kriteria bulan basah dan bulan kering yang dipakai Oldeman berbeda dengan yang digunakan oleh Koppen atau pun Schmidt Ferguson Bulan basah yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut: Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm. Bulan lembab apabila curah hujannya 100 - 200 mm. Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm.
Sistem Klasifikasi Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980)
Tipe A : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan.
Tipe B : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan.
Tipe C : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan.
Tipe D : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan.
Tipe E : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan. 

 
Tabel 1. Tipe Utama
NO.
TIPE UTAMA
PANJANG BULAN BASAH (BULAN)
1.
A
> 9
2.
B
7 - 9
3.
C
5 - 6
4.
D
3 - 4
5.
E
<3

Tabel 2. Sub Tipe

NO.
SUB TIPE
PANJANG BULAN KERING (BULAN)
1.
1
<= 1
2.
2
2 - 3
3.
3
4 – 6
4.
4
> 6


Berdasarkan kriteria di atas kita dapat membuat klasifikasi tipe iklim Oldeman untuk suatu daerah tertentu yang mempunyai cukup banyak stasiun/pos hujan. Data yang dipergunakan adalah data curah hujan bulanan selama 10 tahun atau lebih yang diperoleh dari sejumlah stasiun/pos hujan yang kemudian dihitung rata-ratanya.

Rabu, 20 Juni 2012

Naskah Drama Pengendalian Gulma secara Kultur Teknis

Pengendalian Gulma secara Kultur Teknis

Pagi itu tidak terlalu cerah,matahari seakan enggan menampakkan senyumnya pada dunia. Matahari tidak sendiri dalam kemuraman paginya,padi di lahan itu jangankan untuk tersenyum,mengangkat wajahnya pun dia tidak mampu,hidup segan mati tak mau. Tanaman padi tersebut sulit mendapatkan makanan,air,ruang  untuk hidup dan cahaya pun tak mampu diraih secara maksimal. Tetapi tetangganya semakin makmur dan jaya dalam hidupnya. Tetangganya yang semula hanya menumpang tetapi lama-kelamaan telah menguasai sebagian besar ekosistem tanaman padi.  Echinochloa crusgalli dan Pistia stratioles semakin kaya,mereka setiap hari berpesta dengan apa yang tidak menjadi haknya tanpa ada yang melarang.

Echinochola : Gimana loe hari ini? Gue asyik banget dapat banyak,apalagi cahaya,bikin gue seger (dengan senyum kemenangan).
Pistia : Sama tuh (senyum pun mengembang di bibirnya). Sebenarnya gue kasihan sama tetangga sebelah,tapi…kita kan butuh hidup juga. Salah sendiri punya kemampuan kompetisi kok terbatas.
Echinochola : Gue setuju,ini kana lam. So,sudah hukun alam. Siapa yang kuat dia yang akan menguasai. (diam sejenak). Tapi gue takut,gimana kalau petani akan mengendsalikan kita..??
Pistia : Ah,tenang aja,loe bisa lihat kan padi itu semakin nggak kuat,mungkin satu bulan lagi sudah tamat riwayatnya.
Echinochola : Iya,ya… loe tau nggakpetani lading ini bego' banget,udah dibilangin sama penyuluh malah dia bandel. Gue bersyukur banget. Untung tu petani bego' & bandel.

Mereka semakin semangat bergosip,tanpa perduli pada hari yang semakin panas membelai dan menghangatkan tubuh mereka sehingga fotosintesis mereka semakin lancar. Tanpa bekerja pun mereka mendapatkan karbohidrat semakin banyak.



Pistia : Met pagi menjelang siang,padi…(ejekan itu jelas terdengar dari nada suaranya).
Echinochola : Eh,padi..,loe mau kemana? Loe sakit apa kok makin kurus dan kuning? (senyum semakkin menampakkan ejekan dari wajahnya).

Hati padi tak tahan,tetapi dia masih menahan kemarahannya. Bukan saja kemarahan di dalam hatinya tetapi juga kekecewaan pada petani yang telah menggerogoti kepercayaannya.

Padi : pagi…(suaranya pelan),gue mau cari hara. Gue ga' sakit Cuma sedikit   kelelahan,mungkin karena akhir-akhir ini terlalu banyak pengganggu (dengan nada menyindir). Kalian kan tahu banyak makhluk tak tau diri masuk ke lingkungan kami.
Pistia : Siapa tuh,kami..? gue ga' ngerasa,loe ngerasa ga' Echinochola?
Echinochola: nggak banget… kita kan hidup di alam,siapa saja boleh hidup. Jadi loe jangan nyindir kami dech…!!
Padi : Nggak salah ??!! kalian gat au atau pura-pura ga tau ?? ini lahan budidaya bro,jadi kalian nggak dibutuhkan di sini!! Gue rasa itu hokum slsm ysng perlu ditaati. Lihat aja nanti,gue yakin kalau petani akan mengendalikan kalian.

Echinohola dan Pistia tidak berkomentar lagi,mereka terdiam seperti sedang memikirkan kata-kata padi yang disampaikan dengan kemarahan. Tidak jauh dari pedebatan sengit itu,petani dating dengan langkah gontai dam wajah lesu,umurnya semakin tua nampak dari wajahnya karena melihat tanaman padinya yang sebagian besar kuning dan kurus.

Petani : Duh..,padi gue kenapa sich ?? (suara itu lemah dan hanya gumaman hati kecilnya). Gue bingung,apa yang harus gue lakukan? Padi gue semakin kurus dan kuning padahal awalnya hijau dan tidak kurus. Apa mungkin karena kurang pupuk urea seperti yang dibilang penyuluh..?? gue akan coba kasih pupuk aja besok,siapa tau dengan pemberian pupuk urea padi itu akan kembali membaik.
Keesokan harinya petani itu datang lagi,dia tak ingin menyia-nyiakan waktu. Dia tidak ingin hanya karena kelalaiannya padinya tidak bisa dipanen. Dengan semangat,sesampainya di sawah petani itu langsung memberikan pupuk di semua sudut sawah yang padinya kuning dan kurus. Ketika menjelang siang pekerjaan memupuknya telah selesai. Petani itu tidak langsung pulang tetapi mulai membersihkan gulma yang dilihatnya tumbuh banyak di sela-sela tanaman padi. Gulma itu tampak lebih hijau dan lebih tinggi daripada padi.
            Beberapa minggu kemudian,keadaan padi itu telah membaik dan hanya sedikit yang menguning. Senyum padi telah mengembang,dia telah berani melambaikan daunnya yang hijau dan segar. Selain itu,ada keuntungan lain yang diperoleh petani yaitu Pistia telah berkurang tetapi Echinochola semakin subur sama seperti padi.

Padi : Pistia..,di mana teman-teman kamu ?? kok semakin sedikit,pindah ya…?? Apa gue bilang..,,petani bakalan mengendalikan kalian,lihat gue sekarang makin subur.
Pistia : Loe jangan seneng dulu dech..,oke gue memang kalah karena pemupukan N. api gue rasa Echinochola bakalan mampu mengalahkan loe lagi dan gue bisa mengalahkan kompetisi ini.

Dan itu memang benar,padi memang membaik tapi Echinochola kembali tumbuh subur. Petani kembali pusing dengan keberadaan gulma / rumput yang mirip dengan padi bahkan tingginya melebihi padi.

Petani : Gulma apa ini ?? kenapa tidak bisa dikendalikan,padahal gulma yang satunya telah berkurang dengan pemberian pupuk.  ( Petani itu terdiam sejenak ). Akan gue tanyakan kepada penyuluh,nungkin ada solusinya.



Petani itu pun pulang.
Satu minggu kemudian,kelihatannya petani itu telah mendapatkan jawaban atas masalahnya. Kemudian dia menggenangi sawah itu lebih dari biasanya.
Echinochola : Duh..,kenapa airnya banyak banget ?? gue kan ga bias berenang…,kaya'nya  hidup gue ga lama lagi. Tolong…!!!

Echinochola semakin menguning dan tidak mampu lagi hidup di lahan itu sedangkan padi semakin subur dan hijau.

Padi : Yes…!! Hidup gue semakin baik…






















Jumat, 15 Juni 2012

laporan praktikum mekanisasi pertanian_alat perontok/pemanen padi

PRAKTEK LAPANGAN
MEKANISASI PERTANIAN
“Pemanenan dan Perontokan gabah padi


OLEH
NAMA         : DERMAWAN PURBA
NPM            : E1J010021
DOSEN       : Ir. MEIZUL ZUKI MP
       Ir. YUSRIL DANI MP

AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Praktek lapang
A. Pemanenan Padi Dengan Sabit
Penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan perontokan, perontokan, pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan pe-nyimpanan beras. 
A.    Penentuan Saat Panen
Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi.  Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah.  Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.
1)      Pengamatan Visual        
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan sawah.  Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan.  Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah ber-kualitas baik sehingga menghasil-kan rendemen giling yang tinggi.
2)   Pengamatan Teoritis      
Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasar-kan deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam.  Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 % pada musim kemarau, dan antara 24 – 26 % pada musim penghujan (Damardjati, 1974; Damardjati et al, 1981).
B.     Pemanenan
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis, serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah.  Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila pemanen padi dilakukan secara tidak tepat.
1)      Umur Panen Padi
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(a)      90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning.
(b)     Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata.
(c)      Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan moisture tester.
Cara pemanenan padi dapat dibagi dua macam cara, yaitu cara tradisional dan cara mekanis. Dengan cara tradisional alat yang digunakan adalah ani-ani atau sabit. Alat panen tradisional dari sejak jaman dahulu hingga kini masih tetap digunakan oleh para petani untuk memanen padinya. Alat ini sangat sederhana, yaitu ani-ani dan sabit yang digunakan dengan tenaga tangan.Oleh karena itu disamping ada beberapa keuntungan , juga banyak kerugianoleh alat ini.
Alat panen ani-ani terdiri dari dua bagian utama, yaitu pisau dan kayu
genggaman yang juga tempat meletaknya pisau. Sedangkan sabit juga terdiri
dari dua bagian yang sama, hanya perbedaannya dalam bentuk. Gambar 51
diberikan contoh ani-ani dan sabit.  Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Tuntutan kebutuhan manusia akan pakan mendesak pemikir untuk memecahkanmasalah-masalah bagaiman meningkatkan produksi, meningkatkan produksi kerja sesuai dengan waktu yang tersedia.
Dalam meningkatkan produksi, salah satu aspek yang harus ditekan serendah mungkin adalah masalah kehilangan produksi diwaktu panen. Sedangkan dalam meningkatkan kemampuan kerja adalah bagaimana menekan waktu yang dibutuhkan dalam menanam dalam satuan luas tertentu. Ini bertujuan agar dalam waktu yang cepat dapat memungut hasil yang optimum dengan kehilangan produksi serendah mungkin dan efisiensi kerja serendah mungkin.
Alat dan mesin panen terdiri dari banyak macam dan jenisnya yang digolongkan menurut jenis tanaman dan tenaga penggerak, juga menurut cara tradisional maupun semi-mekanis sampai yang modern. Menurut jenis tanaman, alat dan mesin panen digolongkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian, tebu, rumput-rumputan, kapas dan umbi-umbian.
            Sedangkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian dibagi jenisnya untuk padi, jagung, kacang-kacangan. Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi.  Sabit biasa/ bergerigi pada umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan Cisadane.  Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur-kan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 % (Damardjati et al, 1989; Nugraha et al, 1990).  Spesifikasi  sabit bergerigi yaitu:Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15 cm.Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12 – 16 gerigi sepanjang 1 inci.Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan.  Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau meng-gunakan pedal thresher.  Pe-motongan dengan cara potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher.  Berikut ini cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:Pegang rumpun     padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman.Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami terputus.
B. Perontokan Padi Dengan Mesin perontok
Perontokan padi merupakan tahapan lanjutan setelah padi selesai dipanen dan di kumpulkan  pada suatu tempat tertentu, perontokan padi yaitu pemisahan biji padi atau pemisahan padi dari malai dan tangkainya. Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan.sehingga dengan perkembnagan zaman yang begitu cepat di ciptakan alat yang mempermudah kerja manusia seperti  Mesin perontok yang  dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik. Bermacam – macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar. Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengum-pulan padi.  Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %.  Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.  Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak enjin.  Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.  Penggunaan  mesin thereser mempermudah kinerja padi dalam perontokan padi karna mesin ini digerakkan oleh mesin penggerak yanng memilki kemampuan dan mobilitas tinggi dibandingkan dengan mesin perontok tradisional yang memakan waktu lama dan membutuhkan tenaga yang besar.
1.2. Tujuan praktek lapang
- Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan untuk pemanen padi , serta mengetahui cara pemanenan dengan menggunakan sabit dan melihat mobilitas pemanenan dengan menggunakan Sabit.
- Untuk Mengetahui Cara perontokan Padi Dengan menggunakan mesin perontok padi ataupun mesin power thresher dan melihat dan mengamati mobilitas perontokan padi dengan mesin perontok padi.
-Untuk Mengetahui Tata Cara Pengolahan Lahan Dengan Menggunakan Traktor,yang memakai Bajak dan mengetahui prinsip kerja Alat Yang Dipakai.


BAB II Tinjauan Pustaka

2.1. Pemanenan Padi Dengan Sabit
1. Alat panen padi tradisional
Alat panen tradisional dari sejak jaman dahulu hingga kini masih tetap digunakan oleh para petani untuk memanen padinya. Alat ini sangat sederhana, yaitu ani-ani dan sabit yang digunakan dengan tenaga tangan. Oleh karena itu disamping ada beberapa keuntungan , juga banyak kerugian
oleh alat ini.
Alat panen ani-ani terdiri dari dua bagian utama, yaitu pisau dan kayu genggaman yang juga tempat meletaknya pisau. Sedangkan sabit juga terdiri dari dua bagian yang sama, hanya perbedaannya dalam bentuk. Gambar 51 diberikan contoh ani-ani dan sabit.
Kelemahan-kelemahan dari penggunaan alat ini adalah :
1. Kebutuhan tenaga orang per hektar banyak
2. Kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan alat mekanis
3. Kenyamanan bekerja rendah
4. Kapasitas kerja rendah
5. Biaya panen perhektar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat
mekanis, tapi biaya awal tidak ada.
Sedangkan keuntungannya adalah :
1. Memberikan kesempatan kerja yang banyak kepada para buruh panen
2. Hasil pemotongan gabah dengan ani-ani ini lebih bersifat terpilih
3. Harga alat panen sangat murah, bisa dimiliki oleh setiap petani
Kapasitas kerja panen secara tradisional diukur dengan jumlah orangjam yang dibutuhkan tiap hektar. Sebagai contoh panen dengan sabit, kebutuhan orang jam adalah 148 orang jam/Ha untuk memotong dan mengikat padi. Ini berarti bila panen dengan sabit dilakukan oleh satu orang pria akan membutuhkan waktu 148 jam, atau sebaliknya bila ada 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya dibutuhkan 1 jam untuk memanen satu hektar.
Dengan hasil tradisional ini, kehilangan gabah dilapang diperkirakan berkisar antara 8 sampai 10 persen dari hasil perhektar. Kehilangan ini diakibatkan oleh gabah yang rontok dari tangkainya atau karena pencucianpencucian dan terinjak-injak ke dalam tanah. Bila dengan ani-ani padi dipotong pada 15-20 cm dari ujung malai, sedangkan dengan sabit dipotong sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah.
Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam.  Sabit merupakan alat pemotong atau pemanen padi yang seringdigunakan petani.
Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi.  Sabit biasa/ bergerigi pada umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan Cisadane.  Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur-kan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 % (Damardjati et al, 1989; Nugraha et al, 1990).  Spesifikasi  sabit bergerigi yaitu:
o   Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15 cm.
o   Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12 – 16 gerigi sepanjang 1 inci.
Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan.  Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau meng-gunakan pedal thresher.  Pe-motongan dengan cara potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher.  Berikut ini cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:
o   Pegang rumpun     padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman.
o   Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami terputus.
2.2. Perontokan padi Dengan Mesin Perontok
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengum-pulan padi.  Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %.  Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher. 
1)   Perontokan padi dengan cara digebot                 
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:
(a)    Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah.
(b)   Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm.
(c)    Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.
Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :
(a)    Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak perontok ± 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di bawah meja rak perontok.
Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.
 

Gambar 8. Perontokan padi dengan cara gebot
2)   Perontokan padi dengan pedal thresher
            Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing ketengah  lapangan/ sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok padi. Thresher jenis pedal ini tidak dikategorikan sebagai ”Mekanis”  karena menggunakan mesin penggerak (bensin/ diesel).
Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakan meng-gunakan tenaga manusia.  Ke-lebihan alat ini dibandingkan dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang.  Bagian komponen pedal thresher terdiri dari :
(a)      Kerangka utama terbuat dari kayu kaso atau pipa besi dengan ukuran keseluruhan unit bervariasi, biasanya 120 cm x 120 cm.
(b)     Silinder perontok terbuat dari lepengan papan berjajar berkeli-ling membentuk silinder dengan diameter 36 – 38 cm dan lebar 42 – 45 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan pipa bulat setebal 2 – 3 cm. Pada lempengan papan tersebut ditancapkan gigi perontok yang terbuat dari kawat baja berbentuk huruf V terbalik. Ukuran lempengan kayu, tebal 10 – 15 mm, lebar 90 mm dengan jarak antar lempengan 15 mm. Tinggi perontok ± 50 mm dengan lebar kaki-kaki sebesar 25 mm dengan jarak antar gigi 40 mm. Jumlah gigi perontok pada satu lempengan 10 buah dan jumlah lempengan papan 12 buah. Cara pemasang-an gigi perontok 20 mm diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada rangka utama.
(c)      Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket yang prinsip kerjanya sama seperti mesin jahit.
(d)     Tutup penahan gabah terbuat dari lembaran plastik atau terpal dengan ukuran > 0 cm x 40 cm x 35 cm. Bagian ini dapat dilepas dari kerangka utama.
Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :
(a)   Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.
(b)   Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.
(c)    Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan  dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok.
(d)   Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-jauh dari operator).
Perontokanpedal
Gambar 1. Perontokan padi dengan pedal thresher
3)   Perontokan padi dengan power thresher                      
Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak enjin.  Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.  Bagian komponen power thresher terdiri dari:
(a)    Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan komponen lainnya.
(b)   Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar berkeliling membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.
(c)    Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan pelat pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder perontok, terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke pintu pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat dari plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah bawah silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm bersusun menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja adalah 18 – 20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15 mm. Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan ukuran 15 – 15 mm.
(d)   Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran ayakan 45 mm x 390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm x 13 mm dan bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun melalui sitem as nocken.
(e)    Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
(f)    Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak silinder perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang digunakan adalah tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600 RPM.
Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :      
(a)    Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke dalam ruang perontok.
(b)   Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.
(c)    Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang diinginkan untuk merontok padi
(d)   Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari pintu pemasuk-kan.
(e)    Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran jerami.
(f)    Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran jerami.
(g)   Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.
(h)   Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
(i)     Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu pengeluaran padi bernas.
 
Gambar 2. Perontokan padi dengan power thresher
            Adapun Yang menjadi keunggulan dari mesin perontok padi Yaitu mesin Threser adalah :
  • Mobilitas tinggi (menggunakan roda transportasi).
  • Pengumpanan (Input) jerami fleksibel dengan menutup dan membuka pintu input.
  • Metode potong pendek (Through In), pengumpanan langsung jerami ke mesin perontok.
  • Metode potong panjang (Hold On), pengumpanan jerami dipegang dengan tangan.
  • Kecepatan putar kipas penghembus dapat diatur (rpm) dengan cara mengganti diameter pully kipas penghembus.


BAB III Hasil dan Pembahasan
3.1.Pemanenan Dengan Sabit
a. Nama Alat : Sabit
b. Spesifikasi Alat
- merupakan alat yang terbuat dari baja yang memiliki gagang yang      terbuat dari kayu atau rotan.
- Bagian baja yang melengkung bergerigi dengan tebal baja 2-3 mm
-Memiliki bentuk melengkung dengan ujung yang  meruncing.
-Bekerja jika ada bantuan manusia.
c. Fungsi Sabit Untuk memotong padi dari batangnya  atau untuk memanen padi dengan cara memotong.
d. Prinsip kerja Alat ; Sabit bekerja jika ada bantuan manusia, sabit akan memotong padi karna memiliki bagian yang bergerigi dan tajam.
e. Kapasitas kerja Sabit Dan Hasil Praktikum
Pengulangan
Pengukuran Vertical (cm)
Pengukuran Horizontal (cm)
Waktu Dalam memanen 32 Rumpun
1.
22
21
1 menit 3 detik
2.
20
23
1 menit 40 detik
3.
25
27
44 detik
4.
19
20
40 detik
Total
18
20
42 detik
Rata – Rata
20,8
20,22
57,8

v  Jarak tanam padi :

1.   22 x 21 cm
2.   23 x 20 cm

3.   25 x 27 cm
4.   19 x 20 cm


3.2. Perontokan Padi Dengan Mesin Thresher
a.  Nama Alat : Mesin Thresher
scan0001
b.  Spesifikasi Alat
a.      Tenaga penggerak                      :  Mesin diesel atau bensin 5,5 HP s/d 6 HP
b.      Berat keseluruhan                      :  110 kg
c.       Panjang X Lebar X Tinggi        :  1325 X 965 X 1213
d.      Kapasitas kerja                           :  500 hingga 600 kg per jam Padi
                                                               350 hingga 450 kg per jam Kedelai
                                                               700 hingga 1000 kg per jam Jagung
e.      Kecepatan putar silinder            :  untuk padi 600 rpm
                                                               untuk kedelai 600 – 650 rpm
                                                               untuk jagung 650 – 700 rpm
f.       Kebutuhan tenaga                      :  3 sampai 4 orang
g.      Kebutuhan bahan bakar :  0,9 liter per jam bensin
                                                               1,0 liter per jam solar
h.      Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga motor penggerak. Penggunaan power thresher dalam perontokan padi dapat menekan kehilangan hasil sekitar 3 %.
i.       Kerangka utama terbuat dari besi siku, ukuran 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan komponenlainnya.
j.       Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar berkelilingmembentuk silinder deangann diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm.Disisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besistrip yang melintangtersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari besi asbaja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi perontok30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung poros diberibantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.
K.     Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan pelatpendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder perontok,terletak menempel pada tutup atas perontok. Terbuat dari plat lembarandengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah bawah silinderperontok, terbuat dari kawat baja 0,6 – 8 mm bersusun menjajar, membentuksetengah lingkaran, jarak antar besi baja adalah 18 – 20 mm dan jarak antaraujung gigi perontok dan jaringan minimal 5 mm. Pelat pendorong jeramiterpasang pada silinder perontok yang terpasang gigi perontok. Bagian initerbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm dengan ukuran 5 – 15 mm.
l.       Ayakan terletak disebelah bawah saringan perontok, ukuran ayakan 45 mm x390 mm, terbuat dari besi plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari dua tingkat.
m.        Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
n.         Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak silinderperontok. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600RPM.

c.  Fungsi Alat : Funsi power thresher adlah untuk merontokkan padi atau memisahkan biji padi dar malainya.

d.  Prinsip Kerja Alat

-hidupkan mesin, biarkan sebentar mesin tanpa muatan. Periksalah posisi unit keseluruhan mesin, jangan sampai bergeser akibat getaran atau berpindah tempat.
-Masukkan sedikit bahan asupan untuk memeriksa kemampuan alat, tambah kecepatan putar (rpm) drum perontok bila ternyata masih ada biji – bijian yang belum terontok.
-Setelah mesin siap dioperasikan, masukkan bahan asupan yang akan dirontok ke pintu pemasukan secara teratur sebanyak mungkin tanpa menimbulkan overload, Tumpuklah bahan di meja pemasukan seefektif mungkin dua sampai tiga orang diperlukan untuk melayani mesin ini.
-Kurangi pemasukan bahan bila terasa akan menjadi overloading, terutama  untuk bahan yang masih belum kering. Apabila mesin macet/ slip karena overloading, matikan mesin, bukalah tutup mesin dan bersihkan bagian dalamnya.
-Apabila dirasa posisi meja pengumpan terlalu tinggi, pergunakan alat bantu meja atau kursi untuk tempat berdiri operator pengumpan atau rendahkan posisi dudukan mesin perontok.
-Cegahlah jangan sampai ada benda asing (batu, kayu, logam, mur, baut, kawat dsb) yang masuk kedalam mesin.
-Kotoran berbentuk jerami yang keluar dari pintu pelempar jerami atau kipas penghembus harus segera dijauhkan dari mesin, agar tidak menyumbat saringan atau tercampur dengan gabah bersih hasil perontokan, bila perlu gabah ditampung langsung menggunakan karung di depan mulut pintu pengeluaran gabah.

e.  Kapasitas Kerja Alat
 Untuk perontokan padi kapasitas kerja mesin thresher dalam satuan karung
Pada saat pemanenan padi, diperhatikan waktu perontokan dan hasil per karung dalam satuan waktu yang dihasilkan dalam perontokan gabah padi yaitu diantaranya :
waktu
Jumlah karung
Mulai
08 : 02
1
istrirahat
09:15
9
Akhir
10 :50
15


BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
·         Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, dan menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah
·         Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi
Adapun Yang menjadi keunggulan dari mesin perontok padi Yaitu mesin Threser adalah :
  • Mobilitas tinggi (menggunakan roda transportasi).
  • Pengumpanan (Input) jerami fleksibel dengan menutup dan membuka pintu input.
  • Metode potong pendek (Through In), pengumpanan langsung jerami ke mesin perontok.
  • Metode potong panjang (Hold On), pengumpanan jerami dipegang dengan tangan.
·         Kecepatan putar kipas penghembus dapat diatur (rpm) dengan cara mengganti diameter pully kipas penghembus
·         pengolahan tanah dapat merubah dan atau memperbaiki struktur tanah serta memberantas gulma. Perbaikan struktur tanah dengan pengolahan tanah diduga dapat berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman
·         Tarktor memiliki komponenen penting berupa bajak dan Garu yang memiliki funsi berbeda dalam pengolahan Tanah
Saran
Selama Melakukan Praktikum Buth Perhatian yang serius dari dosen pembing-bing agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan mendapat hasil yang optimal. Dan dalam pharus dipersiapkan dengan baik, khususnya praktikum lapangan harus dipersiapkan baik agar tidak ada acatra praktikum yang batal atau tidak jadi di praktikumkan.


Daftar Pustaka
Koga, Y. 1988. Farm Machinery Vol. II. Tsukuba International Agricultural  Training Centre. JICA.
Srivastava, A. K., C. E. Goering, R. P. Rohrbach. 1993. Enginering Principles of Agricultural Machines. ASAE Texbook Number 6, American Society of Agriculutural Engineers.
Setiawan, R. P. A. 2001. Research Report on Development of Variable Rate   Granular Applicator for Paddy Field. Laboratory of Agricultural Machinery, Kyoto University
Direktorat penangan pasca panen. 2008. Juknis perontokan mekanis dan semi mekanis. http//; www.geoogle.com.
Http//: Pemanenan Padi Dan Alat Panennya. www.geoogle.com
Http//: Mesin Perontok Padi. www.geoogle.com
Http//; Penanganan padi Pasca panen. www.wikipedia.com
http//:  Pemanenan padi dengan sabit. www.Geoogle.com
Tim mekanisasi pertanian.2010. Petunjuk Praktikum Mekanisasi Pertanian. FAPERTA UNIB