Kamis, 13 September 2012

laporan akhir produksi tanaman industri


LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI



NAMA             : DERMAWAN  PURBA
NPM                : E1J010021
DOSEN            : Ir . Hermansyah,MP





PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012

ACARA I .PERSIAPAN PEMBUKAAN LAHAN AREAL TANAMAN PERKEBUNAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Didalam pengusahaan produksi tanaman industri persiapan lahan merupakan pekerjaan membuka lahan dan membersihkan dari vegetasi yang ada untuk di olah dan di siapkan untuk penanaman dan sangat penting dilakkan agar tanman yang dibudidayakan dapat betumbuh dengan maksimal,
Di dalam pembukaan lahan areal yang di buka ada yang berupa primer, hutan sekunder,. Oleh karena itu berdasarkan criteria hutan yang ada dan intensitas pekerjaan yang harus di kerjakan maka dapat di golongkan hutan berat, hutan sedang dan hutan ringan. Pada praktikum acara ini, persiapan pembuakan lahan yang akan di kerjakan berupa lahan semak beukar untuk persiapan penanaman karet.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memudahkan tindakan / pekerjaan berikutnya karena lahan telah bersih dari rumput, semak dan belukar
1.3  Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara membuka lahan yang benar .







BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.
A. Pembukaan lahan (Land Clearing)
Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi
Ø  pembabatan semak belukar,
Ø  penebangan pohon, perecanaan dan pemangkasan,
Ø   pendongkelan akar kayu,penumpukan dan pembersihan.
Ø  Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan  lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.
Lahan yang digunakan untuk pengembangan perkebunan dapat berupa hutan primer, hutan sekunder, semak belukar, padang alang-alang maupun areal konversi untuk peremajaan kebun. Urutan pekerjaan dan alat yang digunakan serta teknis pelaksanaan dalam pembukaan lahan sangat tergantung pada keadaan lahan tersebut.disamping itu juga tergantung kepada kerapatan vegetasi dan metode/cara pembukaan lahan yang digunakan (unknown.2010).
Pembukaan lahan untuk areal hutan primer/sekunder dan semak belukar tidak di perkenankan adanya kegiatan pembakaran walaupun cara ini relative lebih mudah, cepat dan murah, dan dalam pembukaan lahan padang alang-alang dan areal konversi/peremajaan pada umumnya sudah tidak menganut system pembakaran sesuai dengan yang diamanatkan dalam undang-undang No.18 tahun 2004. Mengingat cara-cara pembukaan lahan dengan pembakaran akan menimbulkan dampak negative seperti gangguan asap dan pencemaran lingkungan ,maka cara pembukaan lahan dengan pembakaran pada berbagai tipe lahan tidak boleh dilaksanakan.
Beberapa manfaat pembukaan lahan tanpa pembakaran, antara lain : tidak menimbulkan polusi kabut asap; menurunkan emisi gas rumah kaca, terutama CO2; memperbaiki bahan organic tanah, kadar air dan kesuburan tanah, terutama diareal yang sudah mengalami beberapa kali penanaman, sehingga dapat menurunkan pupuk anorganik dan meminimalkan resiko pencemaran air melalui pencucian atau aliran permukaan; tidak bergantung pada kondisi cuaca; dan dalam jangka panjang, pembukaan lahan Tanpa pembakaran akan menjamin kesinambugan secara ekonomi dan ekologi.
Pelaksanaan pembukaan lahan tanpa pembakaran untuk pengembangan perkebunan disesuaikan dengan kondisi vegetasi yang akan dibuka,yang dapat berupa hutan primer/sekunder peremajaan kebun dan semak belukar. urutan dan jenis pembukaan lahan tanpa pembakaran tidak banyak berbeda dengan pembukaan lahan dengan pembakaran, meliputikegiatan menebang, menebas, dan merumpuk/memerun pada jalur antara tanaman.
Berbagai kendala dan permasalahan yang terkait dalam upaya Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) karena kurangnya  pengertian pelaku usaha dan masyarakat tentang dampak pembakaran lahan dan hutan terhadap pemanasan global yang akhirnya mempengaruhi keadaan iklim atau penyimpangan iklim yang muaranya kembali kepada manusia itu sendiri (wikipedia,2012).
Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia, maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan penggunaan tanah yang rangkap ( tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan untuk perkebunan tebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau tanah hutan yang digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah kering.
Dalam pembukaan lahan untuk perkebunan perlu dilakukan pencegahan erosi terlebih pada lahan/areal yang miring (berombak, bergelombang atu berbukit), maka usaha-usaha dalam mencegah erosi/kerusakan lahan yaitu:
a.       Penanaman secara kontur/garis tinggi
b.      Pembuatan teras yaitu dapat dengan teras individu dan teras kolektif.
c.       Penanaman tanaman penutup tanah, sangat penting untuk pencegahan erosi.





BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum tepat pada tanggal  mei 2012  yang bertempat di kebun percobaan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian di TAHURA.
3.2 Bahan dan Alat
a.       Semprotan punggung
b.      Ember
c.       Gelas Ukur
d.      Tali Rafia
e.       Herbisida ( Round UP, Clean Up, Sun Up, Sida Up)
3.3 Cara Kerja
1)      Membuat batas lahan dengan menggunakan tali raffia untuk menentukan areal yang akan di tebas dan atau disemprot. Pekerjaan penebasan semak/belukar di lakukan 2 minggu sebelum penyemprotan. Luas lahan untuk setiap kelompok 15 M x 15 M.
2)      Membuat larutan herbisida yang ada sesuai dengan dosis anjuran yang tertera pada wadah yang ada. Seperti misalnya Round Up, Sun Up. Di perlukan 4 – 5 liter dalam 1000 liter air (untuk kebutuhan 1 Ha ). Atau 50 cc / liter air.
3)      Pertama – tama masukkan cairan hebisida takaran di atas ke dalam penyemprot, aselanjutnya memasukkan air demi sedikit sambil di aduj larutan tersebut hingga merata.
4)      Disenprotkan larutan herbisida yang telah di buat dengan tinggi nozzle setinggi permukaan semak belukar.
5)      Penyemprotan tersebut secara merata ke semua bagian tanaman semak/belukar (herba/gulma) yang ada pada areal yang di tentukan. Diperhatikan arah semprotan tidak berlawanan dengan arah angin.
6)      Diusahan tekanan pompa dalam nozzle tidak berlebihan  ( di tandai dengan suara semburan larutan yang berdesir sewaktu larutan keluar dari dalam nozzle).
7)      Jarak/lebar semburan antara satu penyemprot dengan penyemprot lainnya agar di jaga tidak ada yang tertinggal.
8)      Saat pengisian ulang tangki sprayer pada setiap titik di beri tanda ( patok / tali), untuk mencegah ada areal yang tidak tersemprot atau tersemprot ulang.
9)      Bila selesai penyemprotan turun hujan kurang dari 6 jam setelah penyemprotan maka penyemprotan tersebut harus di ulang.
10)  Penyemprotan di lakukan 14 – 21 hari setelah penyemprotan 1 untuk lebih memastikan bahwa gulma yang dikendailkan dapat benar-benar bersih, dengan dosis herbisida sama seperti pada penyemprotan pertama.
11)  Di biarkan hasil smprotan sampai sekitar waktu 1 – 2 minggu, untuk dapat di kerjakan kegiatan berikutnya.















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR4f1Yk43xo35-NUx3VkgKDXdL-lTThIuwhEz3mD66dhAjs6FoxQ1aISohy
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan yakni pembukaan lahan yang dilakukan di taman huan rakyat ditemukan berbagai jenis yakni gulma Mimosa pudica. Gulma ini memiliki ciri-ciri batang yang berduri kecil-kecil dan menjalar di atas tanah. Jika tidak hati-hati akan dapat melukai. Daun gulma Mimosa pudica berdaun sempit. Dan gulma berikutnya adalah Chromolaena odorata, salah satu “gulma” terkuat dan paling bandel di kawasan tropika. Spesies ini sangat sering dibahas oleh para ahli, terutama karena status invasif-nya, mudah beradaptasi, dan daya saingnya yang amat tinggi.
 Karena gulma yang tumbuh tidak banyak ditemukan, karena lahan tersebut sudah pernah dibersihkan diwaktu sebelumnya dan hanya pada daerah tertentu saja yang terdapat gulma, sehingga tidak harus dengan penanganan kimia yaitu penyempotan melainkan tindakan pembersihan hanya dengan mencangkul dan memotng dengan parang maupun sabit.
Sedangkan untuk penyediaan lahan telah siap sebelumnya sehingga memudahkan dan menyingkat waktu pada persiapan lahan. Dan karena lahan yang ada di tahura ini miring maka tiap lubang tanam dibuat piringan guna mencegah erosi.



BAB V
KESIMPULAN
v  Adapun kegiatan pembukaan lahan hanya berupa mrncangkul dan mengarit kaena lahan tersebut sudah dibersihkan sebelumnya
v  Karena kontur tanah di areal tersebut miring maka untuk lubang tanam dibuat piringan guna meminimalissikan erosi
v  Persiapan lahan digunakan untuk menanam komoditas karet

















ACARA II . TEKNIK PEMBUATAN PENGAJIRAN TANAMAN PERKEBUNAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Didalam pengusahaan produksi tanaman industri pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan di usahakan / di tanam dengan tanaman perkebunan/kehutanan. Dengan adanya pengajiran maka akan di peroleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miringdan atau barisan kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit.
Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jenis komoditi yang akan ditanam dan jarak tanam tertentu.
1.2 Tujuan                          
     Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah utuk memperoleh pertanaman yang lurus atau teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun agak miring.
1.3  Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara membuat ajir ketika lahan selesai dibuka guna mempersiapkan lokasi pertanaman.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
 Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.
Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut : a) Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur Barat berjarak 7 m dan arah Utara Selatan berjarak 3 m (lihat Gambar 1).
Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada terasteras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur), lihat Gambar 2.  Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm – 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.
Gbr 2. Pengajiran lahan miring
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan (Gambar 3). Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.   
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.
Gbr. Penanaman LCC

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum tepat pada tanggal  mei 2012  yang bertempat di kebun percobaan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian di TAHURA.
3.2 Bahan dan Alat

a.       Meteraran
b.      Kompas
c.       Tali pancang
d.      Tali raffia
e.       Tongkat ajir induk
f.       Tongkat ajir biasa

3.3 Cara Kerja
A) pembuatan ajir induk
a)      Ditentukan arah mata angin barat-timur(BT) dan Utara Selatan (US) dab keduanya berpotongan tegak lurus.
b)     Ditentukan titik A untuk awal mulai pekerjaan, selanjutnya ukur AC=CD=21 meter pada arah BT dan AG=GH=21 meter menurut arah US.
c)      Membuat garis a dan b tegak lurus pada BT di C dan D demikian pula dengan p dan q  tegak lurus pada US di G dan H.
d)     Garis a memotong p dan q di F dan I, sedangkan b di E dan J.
e)      Secara sama di buat petak-petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi seluruh areal yang akan ditangani.
f)       Titik A, C, D, E,F, G, H, I,dan J disebut ajir induk.
B) Pembuatan petak sesuai dengan jarak tanam.
Ø  Diukur menurut arah GF, jarak 3 meter , denngan titik F1, F2,F3 dan F4. Demikian juga dengan AC dengan titik  A1, A2, A3, dan A4.
Ø  Diukur menurut arah CF jarak 3 meter dengan titik C1,C2,C3, dan C4. Demikian juga AG dengan titik G1, G2 ,G3 dan G4.
Ø  Dihubungkan dengan tali titk-titik A1 dan F1, A2 dan F2, A3 dan F3, A4 dan F4 dan titik potong tersebut ditancapkan sebuah ajir.



      H                                                                    I                                                                       J


 









C1
 
C3
 
C4
 
G4
C2
 
G3
G2
G1














C
 

A
 

A  1
 

A 2
 

A 3
 

A 4
 

 
·        Tali bekas penghubung antara titik G1 dan C1 dipindahkan untuk menghubungkan titik G2 dan C2, yang juga kan memotong A1 F1, A2 F2, A3 F3 dan A4 F4 dengan cara sama pada setiap titik potong tersebut ditancapkan sebuah ajir
·        Ulangi semua cara-cara tersebut samapi sama petak terisi.
Ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ketajaman mata si pelaksana. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai ditanam. Pengajiran sebaiknya dimulai di tenga-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehinga bila ada kesalahn atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi dan batas-batas kebun, sugai dan jalan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQAVvMKxNCCtwfOSmMlD97xB_O58tyIRacb4B6wKKS-d6jUfwr2_B7-Usg
4.2 Pembahasan
Bagian selanjutnya setelah melakukan pembukaan lahan adalah pembuatan ajir atau lubag tanam.hal itu diperlukan  untuk membuat jarak  antar tanaman tetap rapi, mempermudah pengamatan, pemeliharaan, jalan ransportasi produksi, bahan alat dan memudahkan dalam hal pemanenan produk.
Pengajiran didahului dengan membuat ajir induk dan ajir sekunder,hal tersebut dilakukan karena Ajir induk digunakan sebagai acuan utama untuk mendapatkan patokan garis lurus yang diletakkan pada daerah yang strategis biasnya pada titik tertinggi areal, sehingga dapt terlihat dari berbagai arah dan mempermudah peletakan dan pengukuran ajir selanjutnya.
Penanaman atau pembuatan ajir dilakukan dengan menghadap arah U-S untuk efektifitas cahaya matahari. Pengajiran induk akan membuat petakan-petakan yang selanjutnya untuk memudahkan alam membuat ajir sekunder. Untuk mempermudah dalam melihat ajir induk maka ajir induk di beri tanda khusus dengan memberi warna yang menyolok contohnya warna merah. Dengan warna yang menyolok akan mempermudah para pekerja untuk melaksanakan langkah pemb uatan ajir sekunder selanjutnya.
Sedangkan ajir sekunder  dibuat dengan menggunakan kayu atau ranting-ranting kecil. pembuatan ajir sekunder biasanya untuk ukuran petakan yang lebih kecil.  Pembuatan sekunder biasanya  di lakukan untuk lansung dalam bentuk ukuran yang akhirnya ditemukan jarak antar tanaman.
Teknik pengajiran ini dilakukan oleh beberapa orang. Hal ini dilakukan untuk menjaga kontrol penglihatan mata pengamat, apabila dilakukan oleh banyak orang maka akan memperkeruh suasana pekerjaan karena terdapat lebih dari satu komando yang akan memberikan pengarahan arah, sehingga dapat membuat pengajiran menjadi tidak lurus dari satu atau beberapa arah mata angin. Apabila hal ini terlah terjadi, maka akan didapatkan sistem pertanaman yang tidak rapi dan dapat menghambat proses pengamatan, managemen, produksi, perawatan, dan juga transpor panen.
Pengajiran dilahan datar berbeda dengan pengajitran dilahan miring adapun letak perbedaan tersebut ialah didalam jarak antar lubang tanam.dimana jarak antar lubang tanman di lahan miring lebih rapat dan dibuat teras yang mengikuti kontur ,hal tersebut dilakukan agar lahan ersebut tidak mudah mengalami erosi.
Karena biasanya setelah pembuatan lubang tanam tidak langsung dilakukan penanaman maka untuk itu harus segera ditanam tanaman penutup tanah (LCC) yang biasanya diambil dari keluarga legum.



















BAB V
KESIMPULAN
1.      Pengajiran pada tanaman karet harus memperhatikan kaidah-kaidah tertentu seperti pembuatan ajir skunder dan primer  serta untuk lahan dengan topografi miring harus dibuatnya teras .
2.      Setelah dilakukan pengajiran hendaknya lahan langsung ditanami tanamanpenutup tanah untuk mencegah rusaknya lahan akibat erosi dan hantaman air hujan























ACARA III . PEMBUUATAN  LUBANG TANAM  DAN  PERSIAPAN  TANAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman tahunan/perkebunan yang baik. Hal sama-sama bisa dimengerti sebab tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang cukup dalam dan luas.
Pembuatan lubang tanam dapat dipandang sebagai salah satu bentuk pengolahan tanah dalam skala Kecil. Lubang tanam sebaiknya dibuat 2-6 bulan sebelum tanam tiba. Selama menunggu saat tanam, tanah galihan akan mengalami perbaikan sifat-sifat fisik dan kimia tanah, sebagai hasil adanya pengaruh cuaca dan iklim. Dalam pembuatan lubang tanam hendaknya menggunakan ukuran lubang yang optimal yang disesuaikan dengan sifat tanah dan jenis bibit yang akan ditanam.
 Pada lahan yang gembur atau subur ukuran lubang tanam yang digunakan dapat 60 x 60 x60 cm atau 70 x 70 x70 cm, sedangkan pada lahan yang kurus atau kurang subur ukuran lubang tanam yang digunakan dapat 80 x 80 x 80 cm atau 100 x 100 x100 cm. Lubang tanam dibuat sedemikian rupa sehingga letak ajir tepat ditengah-tengah lubang tanam. Lubang tanam dibuat sedemikian rupa sehingga letak ajir tepat di tengah-tengah lubang tanam. Sewaktu menggali lubang, ada yang berpendapat bahwa tanah galian bagian bawah harus dipisahkan tanah galian bagaian atas, namun ada yang bependapat bahwa tanah galian tersebut tidak perlu dipisahkan, demikian juga pada waktu pengisihan.
Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perkarangan tanaman pokok, juga memudahkan perwatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuaikan dengan kontur lahan dan jarak tanam.
1.2  Tujuan Praktikum
Untuk memberikan pengertian secara langsung pada praktikan dilapangan sehingga mampu mengindentifikasi dan memecahkan masalah dan menerapkan secara praktis dan benar.
1.3  Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara membuat lubang pertanamanyang baik agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

Pebuatan lubang tanam sangat penting karena dengan pembuatan lubang tanam yang baik tanaman yang dibudidayakan dapat secara maksimal pertumbuhannya karena akar tanaman leluasa menerap hara.Persiapan Penanaman Setelah lahan siap ditanami, langkah selanjutnya adalah persiapan tanam dengan tahapan sebagai berikut :
1) Mengajir - Untuk memperoleh hasil yang optimal, jarak tanam karet yang direkomendasikan adalah 6 m x 3 m atau jumlah populasi sekitar 550 pohon per ha. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dan disiapkan minimal 2 minggu sebelum penanaman.
2) Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan meng-gunakan cangkul tanah. Tanah bagian bawah (sub-soil) dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas (top-soil).
3) Selanjutnya diberikan pupuk dasar yaitu SP 36 dengan dosis 125 gram/pohon atau sekitar 62,5 kg/ha.
Waktu Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat tersebut merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus berakhir sebelum musim kemarau.Pelaksanaan Tanam Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan payung satu. Adapun ketentuan bibit siap tanam adalah sebagai berikut :
Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi harus sudah membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal seminggu sejak dilakukan pemotongan batang bawah. - Sedangkan, jika bahan tanam yang dipakai adalah bibit yang sudah ditumbuhkan dalam polybag, maka bahan yang dipakai maksimum memiliki dua payung daun tua.
 Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit stum mata tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulai diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras, sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi menghadap Timur.
Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah (sub-soil) dan selanjutnya dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah dipadatkan secara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan kompak, tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan tanah di sekelilingnya. Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang baik, ditandai dengan tidak goyang dan tidak dapat dicabutnya stum yang ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan dengan hati-hati mulai dari bagian pinggir ke arah tengah.
Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif seumur dengan tanaman yang disulam. Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan bahan tanam untuk sulaman dalam polybag sekitar 10% dari populasi tanaman.




























BAB  III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum tepat pada tanggal  mei 2012  yang bertempat di kebun percobaan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian di TAHURA.
3.2  Bahan dan Alat
Alat yang digunakan yaitu : cangkul, gancu, sekop, meteran, timbangan. Sedangkan bahannya adalah pupuk kandang, TSP, Urea, dan KCL.
3.3  Cara kerja/Pelaksanaan Kegiatan
a)         Survey lokasi, dalam hal ini mengamati keadaan lahan yang ada contohnya:
*      Vegetasi tanaman yang ada pada lahan tersebut.
*      Bentuk kontur lahannya bagaimana?
b)         Menentukan tempat- tempat lahan yang akan dibuat lobang tanam dan sesuai jarak  tanamnya.
c)         Membersihkan lahan dan sekitarnya yang akan dibuat lobang tanam.
d)        Menentukan ukuran lobang tanam 60 cm x 40 cm x 40 cm.
e)         Memisahkan hasil galian antara lapisan tanah atas (top soil) dan lapisan tanah bawah (sub soil), dimana tanah lapisan atas diletakkan disebelah kanan lobang dan disebelah kiri tanah lapisan bawah.
f)          Membiarkan lobang tanam kena cahaya matahari selama 7 sampai denagn 14 hari.
g)         Mencampur pupuk kandang sebanyak 10 kg dan lapisan sub soil samapi merata , dan mencampurkankurang lebih  pupuk kandang 5 kg dengan tanah lapisan atas (top Soil). 
h)         Persiapan tanam : pertama kali masukkan tanah hasil campuran (pupuk kandang + tanah top soil) kebaikan bawah lobang tanam, kemudian atasnya dimasukan campuran tanah (pupuk kandang + lapisan tanah sub soil) ke lobang tanam. Bersamaan dengan pengembalian tanah giliran tersebut, agar timbahkan pupuk TSP sebanyak 0,25 kg sebagai pupuk dasar dan kemudian dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.
Penanaman. Masukan tanaman yang sudah dipersipkan pada lobang tanam tadi dengan terlebih dahulu membuat galian secukupnya pada bagian tengah lobang tanam tersebut dan kembalikan tanah galian sambil menekan sebelah kiri dan kanan lobang pelan-pelan dengan tangan, agar posisi bibit kuat. Setelah selesai penanaman maka dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.
3.4  Sifat-sifat yang diamati
*      Pembuatan lubang tanam
*      Pengukuran lubang tanama
*      Penambahan pupuk kandang




























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQAVvMKxNCCtwfOSmMlD97xB_O58tyIRacb4B6wKKS-d6jUfwr2_B7-Usg
4.2 Pembahasan
Setelah melakukan praktikum yan diadakan di tahura di ketahui bahwa pembuatan lubang ini kami buat berdasarkan ajir yang telah di buat sebelumnya. Dan penanaman yang kami lakukan tepat dibawah ajir yang telah dibuat.
Dengan pembuatan lubang tanam ini akan memudahkan tanaman didalam pertumbuhannya setelah difindahkan dari pembibitan yang sengaja optimal kondisinya.pembuatan lubang tanam disesuaikan dengan kondisi lahan yg ada terrutama kondisi tanah. Biasanya apabila kondisi tanah semakin keras dan tidak subur maka lubang tanamnya akan semakin luas dalam
Tanaman tidak boleh langsung ditanama pada lobang tanam. Karena dibiarkan cahaya matahari untuk dapat menyinari lobang tanam dan membiarkan agar kandungan racun yang tesimpan dalam tanah akan menguap dan hilang. Racun itu dapat berasal dari gulma yang memiliki kandungan alelopati yang dapat merusak tanaman komoditas, dimana alelopati tersebut tidak larut dalam tanah melainkan mempertahankan hidupnya untuk mencari tanaman yang cocok untuk menjadi tempat hidupnya.
Sehingga jika ditanama langsung akan berpengaruh terhadap pertumbuhan kopi yang ditanam dan harus diberi pupuk kandang/ kompos pada tanaman memiliki manfaat yang besar. Pupuk yang mengandung bahan organic akan membantu mokroba dalam tanah bekerja dan membantu dalam menunjang kebutuhan hidup akan pertumbuhan tanaman. Dengan memberikan pupuk sebelum penanaman pupuk akan tercampur dengan tanah dan bersama-sama dengan mikroba dalam tanah menyediakan nutrisi terhadap kehidupan tanaman. Sehingga ketika tanaman ditanam tidak akan membuat tanaman menjadi merana karena tidak diberikan suplai yang cukup.
 Pemisahan tanah lapisan atas (top soil) dan tanah lapisan bawah (subs oil) ada yang berpendapat bahwa tanah galian tersebut tidak perlu dipisahkan, demikian juga pada waktu pengisian. sebab tanah top soil mengandung hara yang lebih banyak,sehingga lebih mampu dalam menyediakan hara bagi tanaman, ditambah pula dengan sifat bahwa tanaman muda membutuhkan hara yang cepat tersaji dan dalam jumlah yang relatif lebih banyak





BAB V
KESIMPULAN
v  Pembalikan dalam pengembalian tanah diperlukan agar memperkecil peluang adanya alelopati yang mengedap di dalam sub soil dan agar laipsan top soil yang mengandung hara lebih banyak dapat mendukung pertumbuhan bibit yang masih muda.
v  Penambahan pupuk kandang sangat penting untuk menjaga ketersediaan hara dan juga membantu dalam mempertahankan agregat tanah dan kapasitas pemegangan air oleh tanah















ACARA IV . PEMELIHARAAN KOPI  ARABIKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Tanaman kopi merupakan sumber devisa yang cukup besar bagi negara kita dan kopi yang biasa di budidayakan adalah arabika robusta .Kendala pengembangan kopi arabika yaitu pada permasalahan sempitnya lahan yang sesuai dan kawasan yang cocok untuk pertumbuhan kopi arabika yaitu pad a kawasan hutan lindung dan Taman Nasional pada ketinggian tersebut.
Untuk mengatasi kendala tersebut maka dicari alternatif genotife kopi arabika yang mampu tumbuh dan berkembang pada dataran rendah dan dataran menengah. Dengan permintaan pasar yang meningkatkan kebutuha kopi arabika maka kitapu ikut andil dalam hal ini. Sehingga perlu peningkatan pada kopi arabika, yaitu perlu pemeliharaan dengan sebaik-baiknya.

1.2 Tujuan
Pratikum ini bertujuan untuk memelihara tanaman kopi yang masih tergolong dalam tanaman yang belum menghasilkan
1.3  Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara melakukan perawatan tanaman industri agar dapat menghasilkan secara berkesinambungan.


BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeliharaan tanaman baik pada saat belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan tidak selamanya berurutan, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di kebun, sehingga pada praktiknya antara blok yang satu dengan blok yang lain bisa saja berbeda. Begitu juga antara tahun yang lalu dengan tahun yang sekarang, urutan pelaksanaan pemeliharaan berbeda.
     Indonesia merupakan Negara penghasil kopi terbesar keempat setelah Brasilia, kolombia, dan Vietnam. Produksi kopi Indonesia didominasi oleh jenis kopi robusta yakni 90 % dan sisanya kopi arabika 10%, permintaan kopi dunia didominasi kopi arabika , yakni 75% dan sisanya kopi robusta. Berdasarkan fenomena tersebut maka kebijakan pemerintah adalah memperbesar proporsi produksi kopi arabika (Anonim, 2004)
Umumnya  untuk usahatani dan budidaya kopi arabika melalui kegiatan Perluasan, Peremajaan dan Rehabilitasi adalah sama seperti pada kegiatan penanaman baru, yaitu:
a.      Pengendalian Gulma
Tanaman kopi muda (TBM) perlu dijaga agar tetap bebas dari gangguan gulma dengan menjaga tanaman radius 1 m tetap bersih dari gulma. Penutupan gulma dijaga agar tidak lebih dari 20 % dan tinggi gulma di bawah 20 cm.
Cara pengendalian gulma yang digunakan disesuaikan dengan sarana dan tenaga yang tersedia. Kombinasi antara cara mekanis dan pemberian mulsa merupakan cara yang dianjurkan. Pekerjaan pengendalian gulma meliputi: pembabatan apabila perlu, pencangkulan ringan pada saat menjelang pemupukan dan pemberian mulsa pada saat menjelang musim kemarau.
Untuk mengendalikan gulma khusus seperti alang-alang (Imperata cylindrica), mikania dan teki sebaiknya dilakukan secara mekanis dan kimia (herbisida). Pengendalian secara kimia untuk alang-alang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu blanket spraying (penyemprotan menyeluruh), spot spraying (penyemprotan setempat) dan wiping (penyemprotan). Herbisida yang digunakan yaitu yang mengandung bahan aktif Dalapon dengan dosis 8 kg/ha atau Glyfosat dengan dosis 3 – 6 l/ha.
Pengendalian secara kimia untuk mikania digunakan 2,4 D-amine dengan dosis 1,5 – 2,0 l/ha, kemudian diulang 3 – 4 minggu kemudian dengan penyemprotan setempat (spot spraying) dengan dosis 0.5 – 1.0 l/ha. Pengendalian teki secara kimia dapat digunakan herbisida berbahan aktif Glyfosat dosis 1 – 2 kg/ha.
b. Pohon Pelindung
1. Penanaman pohon pelindung
*      Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis.
*      Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.
*      Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.
2. Pengaturan pohon pelindung
*      Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi.
*      Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
*      Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum pada Maret 2012  yang bertempat kebun percobaan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian di UNIB

3.2 Bahan dan Alat

*      Pupuk urea
*      TSP
*      KCL
*      Pupuk kandang
*      Hand sprayer
*      EmberTali rafiah
*      Herbisida Round up, Sun U


3.3 Cara Kerja
a)      Membuat piringan pada tanaman kopi muda dengan diameter piringan 1 meter dari batang pokok
b)      Memberi pupuk kandang pada masing-masing tanaman sebanyak 2 kg, yang diaduk dengan tanah disekitar tanaman pada saatpembuatan piringan
c)      Memberi pupuk urea, TSP, KCL dengan dosis masing-masing 100gram, untuk tanaman kopi
d)     Membuat larutan herbisida yang ada sesuai dengan dosis anjuranyang tertera ada wadah yang ada, seperti round up, sun up diperlukan 4-5 liter dalam 100 liter air
e)      Menyemprotkan larutan herbisida yang telah dibuat denagan ketinggian nozle diantara barisan tanaman kopi
f)       Menyemprotkan larutan tersebut secara merat ke semua bagian herba/gulma yang ada pada areal yang ditentukan
g)      Mengusahakan tekanan pompa dalam nozle tidak berlebihan
h)       
3.4  sifat-sifat yang diamati
*      Pengamatan variabel pengamatan berupa jumlah daun, tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah cabang.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengamatan ke-1

Sampel tanaman
Variable pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (helai)
Diameter Batang (mm)
Jumlah Cabang
1
65
56
15
20
2
46
44
16
23
3
71
56
14
21
4
63
67
17
20
5
58
25
15
19
Jumlah
303
248
77
103
Rata-rata
60,6
49,6
15,4
20,6

4.2 Pengamatan ke-2

Sampel tanaman
Variable yang diamati
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (Helai)
Diameter Batang (mm)
Jumlah Cabang
1
66
58
15,6
20
2
50
50
16,2
23
3
73
60
14,9
21
4
65
69
17,7
20
5
61
31
15,6
19
Jumlah
315
268
80
103
Rata-rata
63
54
16
20,6


4.3  Pengamatan ke-3
Sampel tanaman
Variable yang diamati
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (Helai)
Diameter Batang (mm)
Jumlah Cabang
1
68
60
17
22
2
52
52
17,9
25
3
73
63
15,8
26
4
66
71
19
23
5
63
38
17
24
Jumlah
322
284
86,7
120
Rata-rata
64,4
56,8
17,34
24


4.4  Pengamatan ke-4
Sampel tanaman
Variable yang diamati
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (Helai)
Diameter Batang (mm)
Jumlah Cabang
1
73
63
18
23
2
56
54
18,5
26
3
76
67
16
2
4
69
74
20
24
5
66
45
17,5
26
Jumlah
340
303
90
101
Rata-rata
68
60,6
18
20,2






BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum ini yang kami lakukan adalah perawatan pada tanaman yang telah menghasilkan yakni pada tanman kopi yang berada di belakang lab agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu.
Pada praktikum jumlah yang kami libatkan sebanyak 5 tanaman kopi dan pengamatan serta pengukuran variabel yang diamati dilakukan sebanyak 4 kali dengan rentan waktu 2 minggu dari pemeliharaan pertama.
Adapun kegiatan perawatan tanaman pada tanman kopi yang kami lakukan yakni berupa kegiatan pembersihan dan pembuatan piringan disekitar tanman kopi adapun fungsi piringan yang kami buat tersebut bertujuan sebagai tempat pemupukan dan mencegah persaingan dengan gulma lalu setelah piringan selesai kami mulai memupuk dengan pupuk kandang serta pupuk kimia sesuai dosis yang telah ditentukan oleh buku penuntun.
Setelah melakukan pemeliharaan tanaman kopi dilakukan kami mulai pengamatan setelah 2 minggu .pengukuran pertama kami mengukur tinggi tanman ,jumlah daun ,diameter batang dan jumlah.dilihat dari total rata-rata hasil pengamatan dari semua variabel yang diamati cenderung mengalami peningkatan .
Dari data yang telah didapatkan bahwa dapat disimpulkan bahwa perawatan yang kita berikan  kepada tanaman dengan penyiangan dan pemupukan memberikan pengaruh yang cukup berarti. Karena pupuk memberikan bantuan suplai makanan sebagai modal pertumbuhan suatu tanaman.
Dengan keadaan sekitar juga mendukung untuk pertumbuhan tanaman kopi seperti adanya tanaman pelindung menjadi faktor untuk mempengaruhi pertumbuhan kopi. Karena tanaman kopi membutuhkan naungan yang cukup dalam siklus hidupnya. Dan yang cukup penting juga adalah karena pembersihan disekitar lorong kopi tersebut menjadi tidak ada persaingan dalam unsur hara dan hal lainya.







BAB V
KESIMPULAN

*      Bahwa dengan melakukan pemeliharaan tanman pertambahan pertumbuhan pada variabel yang diamati seperti pada jumlah cabang dan diameter batang jumlah daun .
*      Pupuk,penyiangan dan naungan sangat penting didalam pengoptimalan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman kopi
*      Pembatan piringan pada tanman kopi bertujuan meminimalisasikan persaingan dengan hama pengganggu tanman.



































Acara V dan acara VI tidak dilakukan


















ACARA VII .PERLAKUAN BENIH SEBELUM DIKECAMBAHKAN TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH KOPI (Coffea canephora)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan mengawinkan dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga menghasilkan individu baru yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan generatif biasanya dilakukan dengan spora tau benih.
Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebgai berikut :
1.      Merupakana cara perbanyakan tanaman yang paling muirah, murah seta tidak memrlukan tenaga ahali.
2.      biasanya menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produkrif dan daya hidupnya lebih lama.
3.      memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru
4.      menghasilkan tanaman yang berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan, banjir, dan tahan rebah.
Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komuditi sesuai maksud dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap dipertahankan. Sekalipun demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/kualitas benih.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu benih yaitu :
1.      Kemurnian benih
Benih yang murni adalah tidak tercampur dengan varietas lain. dan homegen (tidak tercampur dengan kotoran lain)akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang menghasilkan dari benih tesebut, oleh karena itu secra umum benih dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
ü  Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur dengan benih/varietas/galur yang lain dimana tidak diketahui jenis dan sifatnya.
ü  Benih homegen yaitu benih secara fisik-mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak merusak, misalnya batu kerikil, butir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak dan biji-biji gulma
2.      Daya kecambah dan kecepatan kecambah
Daya kecambah atau tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah yang dinyatakan dengan banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam (%). Dan ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan untuk berkecamabah ini ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman. Benih kopi akan berkecambah setelah 4-6 minggu. Sedangkan benih kopi untuk daya kecamabah10 – 15 hari.
3.      Kandungan air
Kandungan air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi capat mati karena kakurangan O2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak lembanganya. Sebaiknya, jika benih kekurangan air amakan ia akan sulit untuk berkecamabh. Pada dasarnya air diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan berpentasi kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organik. Oleh karena itu kadar air biji akan cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga biji tersebut akan menjadi tidak tahan disimpan. Olah karena itu puluhankadar air biji sangat menntukan kualitas benih suatau tanaman.

1.2  Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara memperlakukan benih kopi selama pra-perkecambahan dan untuk melihat pengaruh perlakuan tersebut terhadap pertumbuhan kecambah kopi.

1.3  Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih kopi dan ekstraksi yang tepat untuk benih kopi.



BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA
Buah yang telah masak dapat diektraksi secara manual dengan cara menggosok dan melumatnya bersamaan dengan pasir kasar, kemudian dicuci dengan air hingga daging dan kulit buahnya terlepas. Benih dapat diekstraksi dengan alat pengupas kopi. Benih kemudian dikeringkanginkan di tempat ternanung. Penurunan kadar air ini dapat menaikkan daya berkecambah benih.
Benih dikecambahkan pada bak atau bedeng tabur dengan posisi terbaring yang dibenamkan ke media pasir separuh bagian. Sebelum disimpan, benih diberi perlakuan disinfektan untuk menekan perkembangan jamur dan bakteri. Dalam penyemaian bahan bibit dapat diperoleh dari cabutan atau dari hasil penaburan. Untuk media semai dapat digunakancampuran serbuk sabut kelapa dengan tanah (topsoil), atau tanah dengan kompos atau tanah dengan sekam padi, dengan perbandingan 3 : 1, yang dibantu dengan pemberian pupuk selama di persemaian. Bibit siap di tanam setelah umurnya sekitar 3 bulan.
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah yang tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta Australia disebelah Utara dimana tanahnya sangat tandus.
Mutu bibit sangat dipengaruhi oleh cara pengelolaan dan material yang digunakan untuk memproduksi bibit di persemaian. Dalam memproduksi bibit tanaman hutan perlu menguasai teknik penanganan dan pemrosesan buah dan benih, penyimpanan dan viabilitas, dormansi dan perlakuan pendahuluan, Penaburan dan perkecambahan, penyapihan dan pemeliharaan tanaman selama di persemaian (penyiangan gulma/rumput, pemupukan dan
.

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal maret 2012 sampai selesai yang dilaksanakan lahan sekitar laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
3.1  Bahan dan Alat
Benih kopi, abu dapur, abu alang-alang, abu sekam.padi/jerami padi, tanah, pasir, pupuk kandang, atap rumbia, tali rapia, paku, bambu, ember plastik, dithen M-45, label nama, spidol,polibag/bak perkecambahan, cetok, ayakan diameter 0,5 cm, mistar, termometer dan sebagainya.
3.2  Metode pelaksanaan/rancangan yang digunakan
Percobaan/ praktikum ini disusun secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang masing-masing diulang 3 kali dan menggunakan dua factor:
Factor I: macam abu (A), terdiri dari
A0 = tanpa ekstraksi
A1= abu dapur
A2= abu alang-alang
A3= abu sekam padi/jerami padi
Faktor II : Lama Perendaman (P), terdiri dari :
                 Untuk kelompok I
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 4 jam
P2 = Direndam selama 8 jam
P3 = Direndam selam 12 jam
P4 = Direndam selam 16 jam
                Untuk kelompok II
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 12 jam
P2 = Direndam selama 18 jam
P3 = Direndam selam 24 jam
P4 = Direndam selam 30 jam
    Untuk kelompok III
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 16jam
P2 = Direndam selama 24 jam
P3 = Direndam selam 32 jam
P4 = Direndam selam 40 jam
Dari dua faktor tersebut diatas maka diperoleh 15  kombinasi perlakuaan, dan jumlah sampel untuk setiap kombinasi perlakuan adalah 3 buah benih.
3.5  Cara kerja/pelaksanaan pekerjaan
*      Menyiapkan bak perkecambahan dari plastik dengan ukuran minimal 30x50cm2 sebanyak 4 buah atau bak perkecambahan dari kayu dengan ukuran 50 x 100cm2.
*      Mengisi bak perkecambahan dengan pasir halus yang telah diayak setebal 10-15 cm.
*      Meletakkan bak yang telah diisi pasir tersebut dibawah naungan yang telah disiapkan terlebih dahulu, tepatnya dirumah kaca laboratorium agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu.
*      Menyiapkan benih dan memperlakukan dengan abu
a.       Ambil buah kopi yang telah masak pada dompolan cabang bagian tengah, kupas kulitnya yang membungkus biji kopi dan hilangkan pulpnya sesuai denagn perlakuaan.
b.      Dalam memperlakukan benih dengan abu, yaitu : campuran benih dengan abu yang telah diisikan
*      Benih yang telah dicuci bersih lalu dilanjutkan dengan perlakuaan perendaman dalam air sesuai dengan perlakuan masing-masing. Dalam memperlakukan perendaman ini, usahakan saat selesainya bersamaan yaitu dengan cara memperlakukan perendaman yang paling lam selanjutnya diikuti dengan perendaman lebih pendek waktunya dari yang sebelumnya.
*      Benih yang telah dilakukan, selanjutnya ditanam dalam bak perkecambahan dengan jarak tanam 3 x 2 cm. Petakan masing-masing perlakuaan dalam bak perkecambahan agar diacak, kemudian masing-masing perlakuan agar diberi label untuk memudahkan dalam pengamatan
*      Lakukan penyiraman setiap pagi dan sore, dalam penyiraman agar diperhatikan untuk tidak merubah posisi benih yang telah ditanam tersebut.
*    Bersikan tempat perkecamabahan tersebut dari gangguan herba yang tumbuh dengan menggunakan tangan secara hati-hati.
*    Amati setiap hari benih yang dikecambahkan tersebut, dan catat apabila ada benih yang berkecambah untuk setiap perlakuan, pengamtan dilakukan sampai batas waktu yang telah ditentukan
*    Pada periode perkecambahan amatilah sifat-sifat tanaman seperti
a.       5 benih berkecambah
b.      Tinggi kecambah yang dihitung dari pangkal batang sampai ujung daun
c.       Hitung berat basah masing-masing kecamabah pada masing-masing perlakuan
*      Pindahkan kecamabah yng telah ditukar tersebut kedalam polibag ukuran 10-15 cm yang telah diisi dengan media camapuran tanah :pasir:pupuk. Dengan jumlah setiap perlakuan berjumlah 3 kecambah
*      Sembilan mingu setelah pemindahan kedalam polibag, amatilah terhadap sifat-sifat tanaman tersebut : tinggi tanaman, jumlah daun
*      Lakukan analisis keragaman terhadap pada data pengamtan sub j dan sub l tersebut sesuai dengan rancangan yang ada.
*      Susunlah laporan sesuai dengan hasil yang diperolah, sesuai dengan petunjuk yang diberikan


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Rata-Rata Berkecambah                     = 0
Jumlah yang dikecambahkan              = 450       
Persentase Benih Berkecambah          =  0/450 x 100 % = 0 %



4.2 Pembahasan
            Proses ekstakrsi biji kopi pada praktikum ini dinyatakan gagal karena tidak satupun biji yang tumbuh hal ini disebabkan kesalahan praktikan didalam mengurus maupun melakukan ekstaksi benih kopi tersebut.
            Dan ketika ada instruksi untuk melaakukan pengulangan perkecambahan benih kopi ini sudah tidak memiliki waktu lagi karena perkecambahan kopi sangat susah untuk berkecambah.
















BAB V
KESIMPULAN

1.     Pemberian perlakuan ekstraksi tanpa ekstraksi, abu dapur, abu alang-alang, abu sekam padi/jerami padi  terhadap kopi sebelum dikecambahkan dilakukan untuk memepercepat pertumbuhan kecambah kopi tidak menunjukkan hasil yang diinginkan.
2.     Persentase kecambah hanya 0%. Tidak ada kecambah yang tumbuh.
3.     Dugaan tidak berhasil tumbuhnya kecambah kopi yaitu pengekstraksian yang terlalu lama dan juga kesalahan praktikan (human error)























ACARA VIII.PENGARUH MEDIA EKSTRAKSI TERHADAP PERKECAMBAHAN COKLAT (Thebroma cacao)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lambangnya penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih. Bahwa lambatnya penurunan daya kecambah benih coklat selama masih ada dalam buah disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp. Sehingga secara osmotik menghalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstaraksi untuk mempercepat perkecambahan, adapun media ekstraksi yang digunakan dapat berupa serbuk gergaji, abu dapur, sekam dan lain-lain.

1.2    Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari pengaruh media ekstraksi terhadap perkecambahan benih coklat.

1.3    Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih coklat dan ekstraksi yang tepat untuk benih coklat.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun.. Biji/benih coklat tidak mempunyai masa dorman, maka haru langsung dikecambahkan (situmorang, 1980).
Lambatnya penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih(raharjo, 1981). Hal yang sama juga dikemukan oleh chin (1980), bahwa lambatnya penurunnya daya kecambah benih coklat selama masih dalam buah disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp. Sehingga secara osmotic mengahalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstraksi untuk mempercepat perkecambahan.
Buah yang telah masak dapat diektraksi secara manual dengan cara menggosok dan melumatnya bersamaan dengan pasir kasar, kemudian dicuci dengan air hingga daging dan kulit buahnya terlepas. Benih dapat diekstraksi dengan berbagai media ekstraksi. Benih kemudian dikeringkanginkan di tempat ternanung. Penurunan kadar air ini dapat menaikkan daya berkecambah benih.
Benih dikecambahkan pada bak atau bedeng tabur dengan posisi terbaring yang dibenamkan ke media pasir separuh bagian. Sebelum disimpan, benih diberi perlakuan disinfektan untuk menekan perkembangan jamur dan bakteri. Dalam penyemaian bahan bibit dapat diperoleh dari cabutan atau dari hasil penaburan. Untuk media semai dapat digunakancampuran serbuk sabut kelapa dengan tanah (topsoil), atau tanah dengan kompos atau tanah dengan sekam padi, dengan perbandingan 3 : 1, yang dibantu dengan pemberian pupuk selama di persemaian. Bibit siap di tanam setelah umurnya sekitar 3 bulan.
Biji/ benih coklat dibungkusi oleh daging biji atau leandir (pulp) yang disenangi oleh semut atau serangga. Untuk menjaga mutu benih maka sebelum dikecambahkan hendaknya pulp ini dihilangkan lebih dahulu dengan cara diaduk menggunakan media abu, diremas-remas dengan bantuan kain atau lap, kemudian dicuci dengan air. Yang penting adalah harus dijaga agar kulit tanduk biji tidak rusak karena perlakuan tersebut. Setelah digosok dengan abu, biji tersebut kemudian dicuci dengan air sampai bersih. Biji/benih coklat tidak mempunyai masa dorman, maka haru langsung dikecambahkan.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada Maret 2012 sampai selesai yang dilaksanakan lahan sekitar laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
3.2  Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah buah coklat, abu sekam padi/ jerami padi, abu alang-alang, abu dapur, tanah (topsoil), pupuk kandang, polibag, dithane M-45, pemukul kayu, naungan, pisau, pasir dan bak tempat perkecambahan.
3.3  Metode pelaksanaan/Rancangan yang digunakan
Percobaan/praktikum ini disusun dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang diulang 3 kali yang menggunakan faktor tunggal yaitu M1 = media ekstraksi abu sekam, M2= media ekstraksi abu dapur, M3 = tanpa media ekstraksi. Masing-masing kelompok ulangan.
3.4  Cara kerja
1.      Persiapan benih
*  Mengambil buah coklat yang telah masak, buah benih coklat dipecah dengan menggunakan pisau, kemudian benih dipotong menjadi 3 bagian (1/3 bagian ujung, 1/3 bagian tengah, 1/3 bagian pangkal), untuk praktikum ini hanya diambil bagian tengahnya saja.
*  Benih kemudian diekstraksi sesuai dengan : Media ekstraksi gergaji (SB), media ekstraksi abu dapur (AD), media ekstraksi sekam padi (SP), tanpa media ekstraksi (TE)
*  Persiapan tanah :
ü  Campurkan tanh dengan pupuk kandang perbandingan 1:1
ü  Masukkan campuran tanah dan pupk kandang tersebut kedalam polibag sehingga ketinggian media 1-2 cm dari atas bibir polibag.
*      Persiapan tanam dan penanaman
ü  Benih yang tealah diekstraksi tersebut ditanam pada media dalam polibag, dengan cara membenankan 2/3 bagian benih
ü  Setiap kelompok mengamati lima (5) benih dari masing-masing perlakuan media ekstraksi
ü  Setiap kelompok merupakan ulangan dari kelompok lain
ü  Benih yang ditanam dalam polibag disusun bawah naungan
ü  Berikan dithen M-45 dengan cara direndam selam 2 menit (5 mg/air)
2.      Pengamatan
A.    Pengamatn dilakukan setiap minggu sejak penanaman (kecuali variabel persentase benih berkecambah dan umur berkecambah)
B.     Variabel yang diamati meliputi
ü  Persentase benih berkecambah, diamati 10 hari setelah penanaman benih
ü  Umur berkecambah, diamati setiap hari, apabila 4 benih sudah berkecambah maka hal tersebut merupakan umur berkecambah
ü  Tinggi tanaman/bibit, diukur setela tanaman berumur 1,5 bulan
ü  Jumlah daun, diukur setelah tanaman berumur 1,5 bulan
ü  Diameter batang, diukur setelah tanaman berumur 1,5 bulan (diukur mulai dari 1 cm pada pangkal batang).




















BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS

4.1 Hasil Pengamatan dan Analisis Hasil
4.1.1 Presentase Perkecambahan
 sampel
Ulangan persentase benih berkecambah

I
II
III
w1M1
4
5
5
14
w1m2
5
4
5
14
w1m3
4
3
5
12
w2m1
5
5
4
14
w2m2
5
3
5
13
w2m3
5
4
4
13
w3m1
5
5
5
15
w3m2
5
4
5
14
w3m3
5
5
5
15
w4m1
5
4
4
13
w4m2
4
3
4
11
w4m3
3
4
5
12
w5m1
4
5
4
13
w5m2
4
3
4
11
w5m3
4
4
4
12
jlh
67
61
68
196

Tabel anava
sk
db
jk
kt
fh
F tab 5%
block
2
1,911111
0,955556
2,487603 *
2,34
per
14
7,644444
0,546032
1,421488 n/s
2,06
galat
28
10,75556
0,384127


tot
44
20,31111
0,461616




4.1.2 Umur Perkecambahan
sampel
Umur kecambah(hari)

I
II
III
w1M1
6
7
10
23
w1m2
7
8
10
25
w1m3
6
7
9
22
w2m1
7
8
10
25
w2m2
6
7
10
23
w2m3
7
8
10
25
w3m1
6
7
9
22
w3m2
7
8
10
25
w3m3
6
7
10
23
w4m1
7
8
10
25
w4m2
6
7
9
22
w4m3
7
8
10
25
w5m1
6
7
9
22
w5m2
7
8
10
25
w5m3
6
7
10
23
jlh
97
112
146
355

sk
db
jk
kt
fh
F tab 5%
block
2
84,04444
42,02222
601,6818 **
2,34
per
14
8,444444
0,603175
8,636364 **
2,06
galat
28
1,955556
0,069841


tot
44
94,44444
2,146465


Tabel anava






4.1.3  Jumlah Daun
 sampel
Jumlah Daun/ Helai

I
II
III
w1M1
4
2
2
8
w1m2
4
2
4
10
w1m3
2
2
4
8
w2m1
2
4
2
8
w2m2
4
2
4
10
w2m3
4
4
4
12
w3m1
6
4
4
14
w3m2
2
4
4
10
w3m3
4
4
2
10
w4m1
2
2
2
6
w4m2
4
4
2
10
w4m3
4
2
2
8
w5m1
4
2
4
10
w5m2
2
2
2
6
w5m3
2
2
2
6
jlh
50
42
44
136




Tabel anava
sk
db
jk
kt
fh
F tab 5%
block
2
2,311111
1,155556
1,197368  N/s
2,34
per
14
23,64444
1,688889
1,75    n/s
2,06
galat
28
27,02222
0,965079


tot
44
52,97778
1,20404







4.1.3  Diameter batang
 sampel
Jumlah Daun/ Helai

I
II
III
w1M1
2
3
4
9
w1m2
2
2
3
7
w1m3
2
2
3
7
w2m1
2
2
3
7
w2m2
2
2
2
6
w2m3
2
2
3
7
w3m1
2
3
3
8
w3m2
3
3
4
10
w3m3
2
2
2
6
w4m1
2
2
3
7
w4m2
2
2
4
8
w4m3
2
2
3
7
w5m1
2
3
4
9
w5m2
3
2
3
8
w5m3
2
2
4
8
jlh
32
34
48
114

Tabel anava
sk
db
jk
kt
fh
F tab 5%
block
2
0,4
5,066667
27,28205  **
2,34
per
14
7,2
0,419048
2,25641  n/s
2,06
galat
28
15,6
0,185714


tot
44
23,2
0,481818















4.1.3  tinggi tanaman
 sampel
Tinggigi tanaman

I
II
III
w1M1
10,2
14
15,5
39,7
w1m2
10,5
12
13
35,5
w1m3
11,5
13
15
39,5
w2m1
12,2
12,3
12,4
36,9
w2m2
10
10
11
34
w2m3
13,1
13,4
13,5
40
w3m1
13,1
14,5
15,1
42,7
w3m2
11,5
11,5
13
38
w3m3
6
6
10
30
w4m1
12
14
16
42
w4m2
14,15
11,2
10,1
35,45
w4m3
14,2
11,1
11,1
36,4
w5m1
11
12,5
15
38,5
w5m2
10
14
16
40
w5m3
15,3
16
18
49,3
jlh
202,45
190,3
185,2
577,95
Tabel anava
sk
db
jk
kt
fh
F tab 5%
block
2
10,471
5,2355
1,347693   N/s
2,34
per
14
90,493
6,463786
1,663872
2,06
galat
28
108,774
3,884786
 n/s

tot
44
209,738
4,766773
















BAB V
PEMBAHASAN
            Ekstraksi dimaksudkan untuk membuang lapisan pulp yang melapisi benih tanaman sehingga dapat mengganggu jalannya proses perkecambahan. Hal ini disebabkan karena lapisan pulp merupakan zat yang dapat mempengaruhi keadaan pH benih sehingga mempengaruhi reaksi metabolisme dan fisiologis yang ada di dalam benih tanaman kakao.
            Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data dengan menggunakan RAKL pada taraf uji F tabel 5% didapatkan bahwa pemakaian media ekstraksi pada tanaman kakao sebelum dikecambahkan menyebabkan pengaruh yang tidak nyata pada variabel tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun kecuali pada umur perkecambahan terdapat pengaruh nyata.
Dimana pertumbuhan gulma yang semakin cepat tumbuh jarang diperhatikan. Tidak teraturnya juga ketika penyiramana. perawatan yang tidak efisien sehingga parameter yang diamati tidak menunjukkan hasil yang baik. Walaupun jika dilihat dari petumbuhan kecamabah kakao yang tumbuh secara keseluruhan hanya bertotal 75 % tidak memberikan asumsi bahwa pertumbuhan selanjutnya akan lebih baik.  Dapat dikatakan hasil percobaan tidak berhasil.















BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil analisis didapatkan kesimpulan :
  1. Perlakuan ekstraksi abu sekam, abu dapur, dan tanpa ekstraksi  terhadap perkecambahan kakao memberikan pengaruh yang berbeda terhadap umur  perkecamabahan
  2. Hasil analisis pada uji taraf 5% menunkkan bahwa pemakaian media ekstraksi pada tanaman kakao sebelum dikecambahkan menyebabkan pengaruh yang tidak nyata pada variabel tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun.
  3. Pengaruh tidak nyata pada tinggi, diameter batang dan jumlah daun disebabkan tentang perawatan terhadap tanaman kakao yang kurang diperhatikan. Dimana pertumbuhan gulma yang semakin cepat tumbuh jarang diperhatikan. Tidak teraturnya juga ketika penyiramana. Koordinator perawatan yang tidak efisien sehingga parameter yang diamati tidak menunjukkan hasil yang baik.














ACARA IX . KOMPATIBILITAS OKULASI BEBERAPA BATANG BAWAH DENGAN BATANG ATAS PADA TANAMAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao.
Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi antara lain penggunaan okulasi dapat menghasilkan tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat, dan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea.
Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi antara lain; tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga diperoleh produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas kedua calon batang tersebut.

1.2  Tujuan Praktikum
Untuk mem etahui kompatibilitas batang bawah yang berasal dari biji enam klon karet

1.3  Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengokulasi,sambung




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu.
Pada tanaman karet, persiapan bahan tanam dilakukan jauh hari sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan.
Menurut Anwar (2001) untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi. Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel)  dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi yang baik. Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai (Simanjuntak, 2010)
Teknik okulasi yang umum digunakan adalah okulasi hijau (green budding) dan okulasi konvensional atau okulasi cokelat (brown budding), meskipun ada jenis lain yaitu okulasi dini.

Tabel 1. Teknik Okulasi dan Perbedaannya
Teknik Okulasi
Umur batang bawah
Umur, ukuran, dan warna entres
Dini
2-3 bulan
3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda
Hijau
4-6 bulan
3-4 bulan, garis tengah 0.5 – 1 cm, hijau
Cokelat
8-18 bulan
1-2 tahun, garis tengah 2.5 – 4 cm, cokelat

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah sebagai berikut:
1.      Waktu mencangkok
Waktu terbaik melakukan pencangkokan adalah pada musim hujan, karenatak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, selain dari itu pada musim hujan cangkokan agak cepat berhasilnya sehingga dalam musim itu juga telah dapat ditanamkan. Pencangkokan dapat pula dilakukan pada musim kemarau, asal dilakukan penyiraman 1-2 kali sehari.
2.      Pemilihan batang cangkokan
Batang cangkokan sebaiknya jangan diambil dari pohon induk yang terlalu tua sebab biasanya dahan pohon induk tersebut kurang baik untuk dicangkok, dan juga jangan pula diambil dari pohon yang terlalu muda sebab belum dapat diketahui sifat-sifatnya. Pohon induk yang sedang umurnya, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, sangat baik diambil batangnya untuk cangkokan.
3.      Pemeliharaan cangkokan
Selama pencangkokan berlangsung pemeliharaan dianggap sudah cukup apabila media cangkokan tersebut cukup lembab sepanjang waktu.







BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada 26 Mei 2012 sampai selesai yang dilaksanakan lahan Lembaga penelitian Pertanian (LPP)  BAPTIS
3.2  Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah pisau,plastik ,klon,gunting kusus,kebun entres,biakan generatif dari karet,kopi dan jeruk kalamanci
3.3  metode kerja
mengokulasi:
1.
mempersiapkan bibit dari biji yang sudah berumur 6-8 bulan sebagai batang bawah.
2. Membuat “Jendela” okulasi dibuat pada ketinggian 10 cm dari  permukaan tanah dengan ukuran jendela 1 cm x 5 cm
3. Mata entres yang akan digunakan sebagai batang atas dipilih dari tunas cabang yang sehat.
4. Ukuran mata entres yang telah diambil dari caban entres dibuat lebih kecil dari ukuran
“jendela” okulasi.
4.      Kemudian mata entres ditempelkan atau dimasukka  didalam jendela, diikat rapat dengan menggunakan tali rafia atau plastik.
5.      Okulasi berhasil tumbuh bila warna tunas tetap hijau. Bila berwarna cokelat berarti okulasi gagal
Tehnik sambung
1.      Siapkan semaian bici tanaman dalam wadah polybag
2.      Potoglah pucuk cabang yang ada hingga tersisa batang bawah saja
3.      Untuk calon batang atas, pilihlah pucuk cabang yang lengkap dengan kuncup daun. Batang atas tidak boleh lebih besar dari batang bawah
4.      Buanglah daun-daun pada calon batang atas dan sisakan dua helai yang paling ujung
5.      Potong daun yang tinggal dua helai itu hingga tersisa ¼ bagian
6.      Belah bagian tengah batang bawah setelah pucuknya dipotong
7.      Tangkal batang berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan panjang velan
8.      Batang atas disisipkan kebelahan batang bawah sehingga kambium keduanya bisa bertemu
9.      Ikat Samsungan dengan tali plastik serapat mungkin
10.  Kerudungi setiap sambungan dengan kantong plastik. Setelah tumbuh, sambungan pucuk akan menjadi bibit kombinasi.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
            Pada praktiikum ini tidak diamat karena belum sampai waktunya 1minggu setelah praktikum dilaksanakan

4.2 Pembahasaan
kegiatan okulasi bertujuan untuk perbanyakan tanaman karet secara vegetatif. Dibandingkan dengan biji, bibit yang dihasilkan dari okulasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1) pertumbuhannya seragam, 2) variasi antar individu sangat kecil, 3) produktivitas tinggi, 4) perbanyakannya mudah dan 5)  bibitnya bagus karena berasal dari hasil seleksi
Dalam kegiatan okulasi yang menggabungkan sifat unggul dari kedua klon dalam satu individu, maka diperlukan kompatibilitas dari kedua batang tanaman karet. Kompatibilitas batang atas dan batang bawah adalah kecocokan antara kedua batang yang akan dilakukan okulasi agar dapat dihasilkan individu yang harmonis sehingga diperoleh produksi dan umur ekonomis yang tinggi. Jika tidak kompatibel dikhawatirkan tanaman karet tersebut tidak akan pernah tumbuh dan tidak memiliki umur ekonomi yang tinggi. Batang bawah yang siap diokulasi harus memiliki daya gabung yang baik dan tahan terhadap hama penyakit batang. Bibit semaian batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5 bulan yang untuk mempermudah namun dapat juga digunakan batang yang kurang dari umur tersebut, asal pertumbuhan dan batangnya sudah cukup besar. Selain itu, pemilihan batang bawah harus dilihat dari ada tidaknya daun muda yang tumbuh, dalam hal ini perlu dipilih pohon yang tidak ada daun mudanya karena dikhawatirkan hasil okulasi tidak akan tumbuh.
Pada kegiatan okulasi, dibutuhkan mata entres yang berasal dari batang atas yang kemudian akan ditempelkan ke batang bawah dari tanaman karet. Batang atas dipilih klon yang sesuai dengan lingkungan ekologi yang bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon yang dianjurkan dalam skala besar. Mata entres diperlukan karena dapat berfungsi untuk kegiatan produksi karet. Mata entres disebut juga mata prima, yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau berada pada ketiak daun. Mata inilah yang terbaik untuk okulasi. Letaknya dibagian tengah internodia. Penempelan batang atas pada batang bawah karet diawali dengan pembuatan jendela atau disebut forket. Pembuatan forket ini akan lebih baik diawali dengan menyayat sisi sebelah kiri, karena melalui sisi tersebut dapat dilihat batasan keluarnya getah dari batang karet. Sehingga dapat menyamakan dengan sisi yang sebelah kanan. Forket ini tidak boleh dibuka terlebih dahulu sebelum mata entres siap karena akan menyebabkan kambium menjadi kering.
Tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.


























BAB V
KESIMPULAN
            Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil antara lain sbb;
·         Batang bawah dan batang atas yang siap diokulasi harus memiliki daya gabung yang baik dan tahan terhadap hama penyakit batang.
·         Kegiatan okulasi harus mengikuti tahapan-tahapan dan prosedur yang benar agar okulasi berhasil dengan baik.
 
DAFTAR PUSTAKA

Abror Yudi Prabowo, 2007. Teknis Budidaya Kopi. http://teknis-budidaya.blogspot.com
 Didownload pada tanggal 16 Juni 2012, 12:37:56 PM

Anonim, 2009. Budidaya Kopi. http://segalatanaman.blogspot.com. Didownload pada tanggal 16
Juni 2012, 12:37:56 PM

Anonim, 2009. Teknik Pembukaan Lahan Tanpa Bakar. http://ditjenbun.deptan.go.id. Donwlod 29 Mei 2012.


Prasetyo. 2012. Hand-Out Materi Kuliah Budidaya Tanaman Industri. Bengkulu : Faperta UNIB

Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Budidaya Tanaman Industri. Bengkulu : Laboratorium
Agronomi UNIB

Qitanonq, 2006. Budidaya Tanaman Kakao. http://www.mail-archive.com. Didownload pada tanggal
16 Juni 2012, 12:37:57 PM

Sofyan, A. 2008. Pembukaan areal Perkebunan. http://pla.deptan.go.id.  Donwlod 29 Mei 2012

LEMBAR PENGESAHAN
MATA KULIAH PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI
Disusun sebagai laporan akhir semua kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan mata kuliah  Produksi Tanaman Industri


Oleh :

DERMAWAN   PURBA
NPM  : E1J010021

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen / co assisten pada
Tanggal      Juni 2012






Bengkulu,        Juni 2012



Menyetujui,
  Dosen Pembimbing,                                                                                       Praktikan,



(………………….............)                                                                           ( Dermawan Purba)
NIP.                                                                                                                 NPM. E1J010021