LAPORAN
PRAKTIKUM
PRODUKSI
TANAMAN INDUSTRI
NAMA : DERMAWAN PURBA
NPM : E1J010021
DOSEN : Ir . Hermansyah,MP
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2012
ACARA
I .PERSIAPAN PEMBUKAAN LAHAN
AREAL TANAMAN PERKEBUNAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Didalam
pengusahaan produksi tanaman industri persiapan lahan merupakan pekerjaan membuka lahan dan
membersihkan dari vegetasi yang ada untuk di olah dan di siapkan untuk
penanaman dan sangat penting dilakkan agar tanman yang dibudidayakan dapat betumbuh
dengan maksimal,
Di dalam
pembukaan lahan areal yang di buka ada yang berupa primer, hutan sekunder,.
Oleh karena itu berdasarkan criteria hutan yang ada dan intensitas pekerjaan
yang harus di kerjakan maka dapat di golongkan hutan berat, hutan sedang dan
hutan ringan. Pada praktikum acara ini, persiapan pembuakan lahan yang akan di
kerjakan berupa lahan semak beukar untuk persiapan penanaman karet.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memudahkan tindakan / pekerjaan
berikutnya karena lahan telah bersih dari rumput, semak dan belukar
1.3 Manfaat yang
diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara membuka lahan yang benar .
BAB. II
TINJAUAN
PUSTAKA
Dalam
pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan
secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.
A. Pembukaan lahan (Land
Clearing)
Lahan tempat
tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang,
sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman.
Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi
Ø pembabatan semak belukar,
Ø penebangan pohon, perecanaan dan pemangkasan,
Ø pendongkelan akar
kayu,penumpukan dan pembersihan.
Ø Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan
saluran drainase dalam perkebunan.
Lahan yang
digunakan untuk pengembangan perkebunan dapat berupa hutan primer, hutan
sekunder, semak belukar, padang alang-alang maupun areal konversi untuk
peremajaan kebun. Urutan pekerjaan dan alat yang digunakan serta teknis
pelaksanaan dalam pembukaan lahan sangat tergantung pada keadaan lahan
tersebut.disamping itu juga tergantung kepada kerapatan vegetasi dan
metode/cara pembukaan lahan yang digunakan (unknown.2010).
Pembukaan lahan
untuk areal hutan primer/sekunder dan semak belukar tidak di perkenankan adanya
kegiatan pembakaran walaupun cara ini relative lebih mudah, cepat dan murah,
dan dalam pembukaan lahan padang alang-alang dan areal konversi/peremajaan pada
umumnya sudah tidak menganut system pembakaran sesuai dengan yang diamanatkan
dalam undang-undang No.18 tahun 2004. Mengingat cara-cara pembukaan lahan
dengan pembakaran akan menimbulkan dampak negative seperti gangguan asap dan
pencemaran lingkungan ,maka cara pembukaan lahan dengan pembakaran pada
berbagai tipe lahan tidak boleh dilaksanakan.
Beberapa manfaat pembukaan lahan tanpa pembakaran,
antara lain : tidak menimbulkan polusi kabut asap; menurunkan emisi gas rumah
kaca, terutama CO2; memperbaiki bahan organic tanah, kadar air dan kesuburan
tanah, terutama diareal yang sudah mengalami beberapa kali penanaman, sehingga
dapat menurunkan pupuk anorganik dan meminimalkan resiko pencemaran air melalui
pencucian atau aliran permukaan; tidak bergantung pada kondisi cuaca; dan dalam
jangka panjang, pembukaan lahan Tanpa pembakaran akan menjamin kesinambugan
secara ekonomi dan ekologi.
Pelaksanaan pembukaan lahan tanpa pembakaran untuk
pengembangan perkebunan disesuaikan dengan kondisi vegetasi yang akan
dibuka,yang dapat berupa hutan primer/sekunder peremajaan kebun dan semak
belukar. urutan dan jenis pembukaan lahan tanpa pembakaran tidak banyak berbeda
dengan pembukaan lahan dengan pembakaran, meliputikegiatan menebang, menebas,
dan merumpuk/memerun pada jalur antara tanaman.
Berbagai kendala dan permasalahan yang terkait
dalam upaya Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) karena kurangnya
pengertian pelaku usaha dan masyarakat tentang dampak pembakaran lahan dan
hutan terhadap pemanasan global yang akhirnya mempengaruhi keadaan iklim atau
penyimpangan iklim yang muaranya kembali kepada manusia itu sendiri
(wikipedia,2012).
Lahan atau tanah merupakan sumberdaya
alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam segala kehidupan manusia,
karena lahan atau tanah diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup,
melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan
dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan
manusia, maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan
penggunaan tanah yang rangkap ( tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang
digunakan untuk perkebunan tebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau
tanah hutan yang digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah kering.
Dalam pembukaan lahan
untuk perkebunan perlu dilakukan pencegahan erosi terlebih pada lahan/areal
yang miring (berombak, bergelombang atu berbukit), maka usaha-usaha dalam
mencegah erosi/kerusakan lahan yaitu:
a.
Penanaman secara kontur/garis tinggi
b.
Pembuatan teras yaitu dapat dengan teras individu dan teras kolektif.
c.
Penanaman tanaman penutup tanah, sangat penting untuk pencegahan erosi.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu
pelaksanaan praktikum tepat pada tanggal
mei 2012 yang bertempat di kebun
percobaan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian di TAHURA.
3.2 Bahan dan Alat
a.
Semprotan punggung
b.
Ember
c.
Gelas Ukur
d.
Tali Rafia
e.
Herbisida ( Round UP, Clean Up,
Sun Up, Sida Up)
3.3 Cara Kerja
1)
Membuat batas lahan dengan
menggunakan tali raffia untuk menentukan areal yang akan di tebas dan atau
disemprot. Pekerjaan penebasan semak/belukar di lakukan 2 minggu sebelum penyemprotan.
Luas lahan untuk setiap kelompok 15 M x 15 M.
2)
Membuat larutan herbisida yang
ada sesuai dengan dosis anjuran yang tertera pada wadah yang ada. Seperti
misalnya Round Up, Sun Up. Di perlukan 4 – 5 liter dalam 1000 liter air (untuk
kebutuhan 1 Ha ). Atau 50 cc / liter air.
3)
Pertama – tama masukkan cairan
hebisida takaran di atas ke dalam penyemprot, aselanjutnya memasukkan air demi
sedikit sambil di aduj larutan tersebut hingga merata.
4)
Disenprotkan larutan herbisida
yang telah di buat dengan tinggi nozzle setinggi permukaan semak belukar.
5)
Penyemprotan tersebut secara
merata ke semua bagian tanaman semak/belukar (herba/gulma) yang ada pada areal
yang di tentukan. Diperhatikan arah semprotan tidak berlawanan dengan arah
angin.
6)
Diusahan tekanan pompa dalam
nozzle tidak berlebihan ( di tandai
dengan suara semburan larutan yang berdesir sewaktu larutan keluar dari dalam
nozzle).
7)
Jarak/lebar semburan antara
satu penyemprot dengan penyemprot lainnya agar di jaga tidak ada yang
tertinggal.
8)
Saat pengisian ulang tangki
sprayer pada setiap titik di beri tanda ( patok / tali), untuk mencegah ada
areal yang tidak tersemprot atau tersemprot ulang.
9)
Bila selesai penyemprotan turun
hujan kurang dari 6 jam setelah penyemprotan maka penyemprotan tersebut harus
di ulang.
10) Penyemprotan di lakukan 14 – 21 hari setelah penyemprotan 1 untuk
lebih memastikan bahwa gulma yang dikendailkan dapat benar-benar bersih, dengan
dosis herbisida sama seperti pada penyemprotan pertama.
11) Di biarkan hasil smprotan sampai sekitar waktu 1 – 2 minggu, untuk
dapat di kerjakan kegiatan berikutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.2 Pembahasan
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan yakni pembukaan lahan yang dilakukan di
taman huan rakyat ditemukan berbagai jenis yakni gulma Mimosa pudica. Gulma ini memiliki ciri-ciri batang
yang berduri kecil-kecil dan menjalar di atas tanah. Jika tidak hati-hati akan
dapat melukai. Daun gulma Mimosa pudica berdaun sempit. Dan gulma berikutnya adalah Chromolaena odorata, salah satu “gulma”
terkuat dan paling bandel di kawasan tropika. Spesies ini sangat sering dibahas
oleh para ahli, terutama karena status invasif-nya, mudah beradaptasi,
dan daya saingnya yang amat tinggi.
Karena gulma yang tumbuh tidak banyak
ditemukan, karena lahan tersebut sudah pernah dibersihkan diwaktu sebelumnya dan hanya pada daerah tertentu saja yang
terdapat gulma,
sehingga tidak harus dengan penanganan kimia yaitu penyempotan melainkan
tindakan pembersihan hanya dengan mencangkul dan memotng dengan parang maupun
sabit.
Sedangkan
untuk penyediaan lahan telah siap sebelumnya sehingga memudahkan dan
menyingkat waktu pada persiapan lahan. Dan karena lahan yang ada di tahura ini
miring maka tiap lubang tanam dibuat piringan guna mencegah erosi.
BAB V
KESIMPULAN
v Adapun kegiatan pembukaan lahan hanya berupa
mrncangkul dan mengarit kaena lahan tersebut sudah dibersihkan sebelumnya
v Karena kontur tanah di areal tersebut miring maka
untuk lubang tanam dibuat piringan guna meminimalissikan erosi
v Persiapan lahan digunakan untuk menanam komoditas karet
ACARA II . TEKNIK PEMBUATAN PENGAJIRAN TANAMAN PERKEBUNAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Didalam
pengusahaan produksi tanaman industri pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam
pembukaan lahan pada suatu areal yang akan di usahakan / di tanam dengan
tanaman perkebunan/kehutanan. Dengan adanya pengajiran maka akan di peroleh
barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miringdan atau barisan
kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit.
Dalam
pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jenis komoditi yang akan ditanam dan
jarak tanam tertentu.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum ini adalah utuk memperoleh
pertanaman yang lurus atau teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan
datar maupun agak miring.
1.3 Manfaat yang
diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara membuat ajir ketika lahan selesai dibuka guna
mempersiapkan lokasi pertanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan
tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat
dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara
barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian
pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan
dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan
lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan
kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat
kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25
sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 ‐ 10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah) dibuat benteng/piket
dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.
Pada
dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan
ketentuan jarak tanaman sebagai berikut : a) Pada areal lahan yang relatif
datar / landai (kemiringan antara 00 ‐ 80) jarak tanam adalah 7 m x
3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur ‐
Barat berjarak 7 m dan arah Utara ‐ Selatan berjarak 3 m (lihat
Gambar 1).
Pada areal lahan bergelombang
atau berbukit (kemiringan 8% ‐ 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m
(=500 lubang/ha) pada teras‐teras yang diatur bersambung
setiap 1,25 m (penanaman secara kontur), lihat Gambar 2. Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu
tipis dengan ukuran 20 cm – 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut
merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.
Gbr 2.
Pengajiran lahan miring
Ukuran lubang untuk tanaman
dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan
kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil)
diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan
di sebelah kanan (Gambar 3). Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum
bibit karet ditanam.
Penanaman kacangan penutup tanah
ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari
kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi
pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.
Gbr.
Penanaman LCC
BAB III
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Waktu
pelaksanaan praktikum tepat pada tanggal
mei 2012 yang bertempat di kebun
percobaan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian di TAHURA.
3.2 Bahan dan Alat
a.
Meteraran
b.
Kompas
c.
Tali pancang
d.
Tali raffia
e.
Tongkat ajir induk
f.
Tongkat ajir biasa
3.3 Cara Kerja
A) pembuatan ajir induk
a)
Ditentukan arah mata angin
barat-timur(BT) dan Utara Selatan (US) dab keduanya berpotongan tegak lurus.
b)
Ditentukan titik A untuk awal mulai pekerjaan,
selanjutnya ukur AC=CD=21 meter pada arah BT dan AG=GH=21 meter menurut arah
US.
c)
Membuat garis a dan b tegak
lurus pada BT di C dan D demikian pula dengan p dan q tegak lurus pada US di G dan H.
d)
Garis a memotong p dan q di
F dan I, sedangkan b di E dan J.
e)
Secara sama di buat
petak-petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi seluruh areal yang akan
ditangani.
f)
Titik A, C, D, E,F, G, H,
I,dan J disebut ajir induk.
B) Pembuatan petak sesuai dengan
jarak tanam.
Ø Diukur menurut arah GF, jarak 3 meter , denngan titik F1, F2,F3 dan
F4. Demikian juga dengan AC dengan titik
A1, A2, A3, dan A4.
Ø Diukur menurut arah CF jarak 3 meter dengan titik C1,C2,C3, dan C4.
Demikian juga AG dengan titik G1, G2 ,G3 dan G4.
Ø Dihubungkan dengan tali titk-titik A1 dan F1, A2 dan F2, A3 dan F3,
A4 dan F4 dan titik potong tersebut ditancapkan
sebuah ajir.
H I J
|
|
|
|
G2
G1
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||
·
Tali bekas penghubung antara titik G1 dan C1 dipindahkan untuk
menghubungkan titik G2 dan C2, yang juga kan memotong A1 F1, A2 F2, A3 F3 dan
A4 F4 dengan cara sama pada setiap titik potong tersebut ditancapkan sebuah
ajir
·
Ulangi semua cara-cara tersebut samapi sama petak terisi.
Ajir induk tidak boleh dicabut sebelum
pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan
kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ketajaman mata si pelaksana.
Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai
ditanam. Pengajiran sebaiknya dimulai di tenga-tengah dan dibagian kebun yang
tertinggi, sehinga bila ada kesalahn atau kurang tepat dalam pengukuran
dihilangkan di tepi dan batas-batas kebun, sugai dan jalan.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.2 Pembahasan
Bagian
selanjutnya setelah melakukan pembukaan lahan adalah pembuatan ajir atau lubag
tanam.hal itu diperlukan untuk membuat jarak antar tanaman tetap rapi, mempermudah pengamatan, pemeliharaan,
jalan ransportasi produksi, bahan alat dan memudahkan dalam hal pemanenan
produk.
Pengajiran didahului dengan membuat ajir induk dan ajir sekunder,hal tersebut dilakukan karena Ajir induk digunakan sebagai acuan utama untuk mendapatkan
patokan garis lurus yang diletakkan pada daerah yang strategis biasnya pada titik
tertinggi areal, sehingga dapt terlihat
dari berbagai arah dan mempermudah peletakan dan pengukuran ajir selanjutnya.
Penanaman atau pembuatan ajir
dilakukan dengan menghadap arah U-S untuk efektifitas cahaya matahari.
Pengajiran induk akan membuat petakan-petakan yang selanjutnya untuk memudahkan
alam membuat ajir sekunder. Untuk mempermudah dalam melihat ajir induk maka
ajir induk di beri tanda khusus dengan memberi warna yang menyolok contohnya
warna merah. Dengan warna yang menyolok akan mempermudah para pekerja untuk
melaksanakan langkah pemb uatan ajir sekunder selanjutnya.
Sedangkan ajir sekunder dibuat dengan
menggunakan kayu atau ranting-ranting kecil. pembuatan ajir sekunder biasanya
untuk ukuran petakan yang lebih kecil.
Pembuatan sekunder biasanya di
lakukan untuk lansung dalam bentuk ukuran yang akhirnya ditemukan jarak antar
tanaman.
Teknik pengajiran ini dilakukan oleh
beberapa orang. Hal ini dilakukan untuk menjaga kontrol penglihatan mata
pengamat, apabila dilakukan oleh banyak orang maka akan memperkeruh suasana
pekerjaan karena terdapat lebih dari satu komando yang akan memberikan
pengarahan arah, sehingga dapat membuat pengajiran menjadi tidak lurus dari
satu atau beberapa arah mata angin. Apabila hal ini terlah terjadi, maka akan
didapatkan sistem pertanaman yang tidak rapi dan dapat menghambat proses
pengamatan, managemen, produksi, perawatan, dan juga transpor panen.
Pengajiran dilahan datar berbeda
dengan pengajitran dilahan miring adapun letak perbedaan tersebut ialah didalam
jarak antar lubang tanam.dimana jarak antar lubang tanman di lahan miring lebih
rapat dan dibuat teras yang mengikuti kontur ,hal tersebut dilakukan agar lahan
ersebut tidak mudah mengalami erosi.
Karena biasanya setelah pembuatan
lubang tanam tidak langsung dilakukan penanaman maka untuk itu harus segera
ditanam tanaman penutup tanah (LCC) yang biasanya diambil dari keluarga legum.
BAB V
KESIMPULAN
1.
Pengajiran
pada tanaman karet harus memperhatikan kaidah-kaidah tertentu seperti pembuatan
ajir skunder dan primer serta untuk
lahan dengan topografi miring harus dibuatnya teras .
2.
Setelah
dilakukan pengajiran hendaknya lahan langsung ditanami tanamanpenutup tanah
untuk mencegah rusaknya lahan akibat erosi dan hantaman air hujan
ACARA III . PEMBUUATAN LUBANG TANAM
DAN PERSIAPAN TANAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lubang tanam merupakan salah satu
syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman
tahunan/perkebunan yang baik. Hal sama-sama bisa dimengerti sebab tanaman
tahunan biasanya memiliki perakaran yang cukup dalam dan luas.
Pembuatan lubang tanam dapat
dipandang sebagai salah satu bentuk pengolahan tanah dalam skala Kecil. Lubang
tanam sebaiknya dibuat 2-6 bulan sebelum tanam tiba. Selama menunggu saat
tanam, tanah galihan akan mengalami perbaikan sifat-sifat fisik dan kimia
tanah, sebagai hasil adanya pengaruh cuaca dan iklim. Dalam pembuatan lubang
tanam hendaknya menggunakan ukuran lubang yang optimal yang disesuaikan dengan
sifat tanah dan jenis bibit yang akan ditanam.
Pada lahan yang gembur atau subur ukuran
lubang tanam yang digunakan dapat 60 x 60 x60 cm atau 70 x 70 x70 cm, sedangkan
pada lahan yang kurus atau kurang subur ukuran lubang tanam yang digunakan
dapat 80 x 80 x 80 cm atau 100 x 100 x100 cm. Lubang tanam dibuat sedemikian
rupa sehingga letak ajir tepat ditengah-tengah lubang tanam. Lubang tanam
dibuat sedemikian rupa sehingga letak ajir tepat di tengah-tengah lubang tanam.
Sewaktu menggali lubang, ada yang berpendapat bahwa tanah galian bagian bawah
harus dipisahkan tanah galian bagaian atas, namun ada yang bependapat bahwa
tanah galian tersebut tidak perlu dipisahkan, demikian juga pada waktu
pengisihan.
Lubang tanam selain memberikan
manfaat tumbuh, berkembangnya perkarangan tanaman pokok, juga memudahkan
perwatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam
biasanya disesuaikan dengan kontur lahan dan jarak tanam.
1.2 Tujuan
Praktikum
Untuk memberikan pengertian secara
langsung pada praktikan dilapangan sehingga mampu mengindentifikasi dan
memecahkan masalah dan menerapkan secara praktis dan benar.
1.3 Manfaat yang
diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini
diharapkan kami mengetahui cara membuat
lubang pertanamanyang baik agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pebuatan lubang tanam sangat penting
karena dengan pembuatan lubang tanam yang baik tanaman yang dibudidayakan dapat
secara maksimal pertumbuhannya karena akar tanaman leluasa menerap hara.Persiapan Penanaman Setelah lahan siap ditanami, langkah selanjutnya adalah
persiapan tanam dengan tahapan sebagai berikut :
1) Mengajir - Untuk memperoleh hasil yang optimal, jarak tanam karet yang
direkomendasikan adalah 6 m x 3 m atau jumlah populasi sekitar 550 pohon per
ha. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dan disiapkan
minimal 2 minggu sebelum penanaman.
2) Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan meng-gunakan cangkul tanah.
Tanah bagian bawah (sub-soil) dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas
(top-soil).
3) Selanjutnya diberikan pupuk dasar yaitu SP 36 dengan dosis 125
gram/pohon atau sekitar 62,5 kg/ha.
Waktu Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat
tersebut merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus
berakhir sebelum musim kemarau.Pelaksanaan Tanam Bibit yang akan ditanam dapat
berupa stum mata tidur maupun bibit dengan payung satu. Adapun ketentuan bibit
siap tanam adalah sebagai berikut :
Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata
okulasi harus sudah membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan cara
menunda pencabutan bibit minimal seminggu sejak dilakukan pemotongan batang
bawah. - Sedangkan, jika bahan tanam yang dipakai adalah bibit yang sudah
ditumbuhkan dalam polybag, maka bahan yang dipakai maksimum memiliki dua payung
daun tua.
Penanaman
dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit
stum mata tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah
yang rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulai diarahkan bertolak
belakang dengan dinding teras, sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi
menghadap Timur.
Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah
(sub-soil) dan selanjutnya dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya,
tanah dipadatkan secara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan kompak,
tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata
dengan tanah di sekelilingnya. Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang
baik, ditandai dengan tidak goyang dan tidak dapat dicabutnya stum yang
ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan dengan
hati-hati mulai dari bagian pinggir ke arah tengah.
Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif
seumur dengan tanaman yang disulam. Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan
bahan tanam untuk sulaman dalam polybag sekitar 10% dari populasi tanaman.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu
dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum tepat
pada tanggal mei 2012 yang
bertempat di kebun percobaan Laboratorium Agronomi Fakultas
Pertanian di TAHURA.
3.2 Bahan
dan Alat
Alat yang digunakan yaitu :
cangkul, gancu, sekop, meteran, timbangan. Sedangkan bahannya adalah pupuk kandang, TSP, Urea, dan
KCL.
3.3 Cara
kerja/Pelaksanaan Kegiatan
a)
Survey lokasi, dalam hal ini
mengamati keadaan lahan yang ada contohnya:
Vegetasi tanaman yang ada
pada lahan tersebut.
Bentuk kontur lahannya bagaimana?
b)
Menentukan tempat- tempat
lahan yang akan dibuat lobang tanam dan sesuai jarak tanamnya.
c)
Membersihkan lahan dan
sekitarnya yang akan dibuat lobang tanam.
d)
Menentukan ukuran lobang
tanam 60 cm x 40 cm x 40 cm.
e)
Memisahkan hasil galian
antara lapisan tanah atas (top soil) dan lapisan tanah bawah (sub soil), dimana
tanah lapisan atas diletakkan disebelah kanan lobang dan disebelah kiri tanah
lapisan bawah.
f)
Membiarkan lobang tanam kena
cahaya matahari selama 7 sampai denagn 14 hari.
g)
Mencampur pupuk kandang
sebanyak 10 kg dan lapisan sub soil samapi merata , dan mencampurkankurang
lebih pupuk kandang 5 kg dengan tanah
lapisan atas (top Soil).
h)
Persiapan tanam : pertama kali masukkan tanah
hasil campuran (pupuk kandang + tanah top soil) kebaikan bawah lobang tanam,
kemudian atasnya dimasukan campuran tanah (pupuk kandang + lapisan tanah sub
soil) ke lobang tanam. Bersamaan dengan pengembalian tanah giliran tersebut,
agar timbahkan pupuk TSP sebanyak 0,25 kg sebagai pupuk dasar dan kemudian
dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.
Penanaman. Masukan tanaman yang sudah dipersipkan pada lobang tanam tadi
dengan terlebih dahulu membuat galian secukupnya pada bagian tengah lobang
tanam tersebut dan kembalikan tanah galian sambil menekan sebelah kiri dan
kanan lobang pelan-pelan dengan tangan, agar posisi bibit kuat. Setelah selesai
penanaman maka dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.
3.4
Sifat-sifat yang diamati
Pembuatan lubang tanam
Pengukuran lubang tanama
Penambahan pupuk kandang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.2 Pembahasan
Setelah melakukan praktikum yan diadakan di tahura di ketahui bahwa pembuatan lubang ini kami buat
berdasarkan ajir yang telah di buat sebelumnya. Dan penanaman yang kami lakukan tepat dibawah ajir
yang telah dibuat.
Dengan pembuatan lubang tanam ini akan memudahkan tanaman didalam
pertumbuhannya setelah difindahkan dari pembibitan yang sengaja optimal
kondisinya.pembuatan lubang tanam disesuaikan dengan kondisi lahan yg ada
terrutama kondisi tanah. Biasanya
apabila kondisi tanah semakin keras dan tidak subur maka lubang tanamnya akan
semakin luas dalam
Tanaman tidak boleh langsung ditanama pada lobang tanam. Karena dibiarkan
cahaya matahari untuk dapat menyinari lobang tanam dan membiarkan agar
kandungan racun yang tesimpan dalam tanah akan menguap dan hilang. Racun itu
dapat berasal dari gulma yang memiliki kandungan alelopati yang dapat merusak
tanaman komoditas, dimana alelopati tersebut tidak larut dalam tanah melainkan
mempertahankan hidupnya untuk mencari tanaman yang cocok untuk menjadi tempat
hidupnya.
Sehingga jika ditanama langsung akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
kopi yang ditanam dan harus diberi pupuk
kandang/ kompos pada tanaman memiliki manfaat yang besar. Pupuk yang mengandung
bahan organic akan membantu mokroba dalam tanah bekerja dan membantu dalam
menunjang kebutuhan hidup akan pertumbuhan tanaman. Dengan memberikan pupuk
sebelum penanaman pupuk akan tercampur dengan tanah dan bersama-sama dengan
mikroba dalam tanah menyediakan nutrisi terhadap kehidupan tanaman. Sehingga
ketika tanaman ditanam tidak akan membuat tanaman menjadi merana karena tidak
diberikan suplai yang cukup.
Pemisahan
tanah lapisan atas (top soil) dan tanah lapisan bawah (subs oil) ada yang
berpendapat bahwa tanah galian tersebut tidak perlu dipisahkan, demikian juga
pada waktu pengisian. sebab tanah top soil mengandung hara
yang lebih banyak,sehingga lebih mampu dalam menyediakan hara bagi tanaman,
ditambah pula dengan sifat bahwa tanaman muda membutuhkan hara yang cepat
tersaji dan dalam jumlah yang relatif lebih banyak
BAB V
KESIMPULAN
v Pembalikan dalam pengembalian
tanah diperlukan agar memperkecil peluang adanya alelopati yang mengedap di
dalam sub soil dan agar laipsan top soil yang mengandung hara lebih banyak
dapat mendukung pertumbuhan bibit yang masih muda.
v Penambahan pupuk kandang
sangat penting untuk menjaga ketersediaan hara dan juga membantu dalam
mempertahankan agregat tanah dan kapasitas pemegangan air oleh tanah
ACARA IV . PEMELIHARAAN KOPI ARABIKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman
kopi merupakan sumber devisa yang cukup besar bagi negara kita dan kopi yang
biasa di budidayakan adalah arabika robusta .Kendala
pengembangan kopi arabika yaitu pada permasalahan sempitnya lahan yang sesuai
dan kawasan yang cocok untuk pertumbuhan kopi arabika yaitu pad a kawasan
hutan lindung dan Taman Nasional pada ketinggian tersebut.
Untuk mengatasi kendala tersebut maka dicari alternatif genotife kopi
arabika yang mampu tumbuh dan berkembang pada dataran rendah dan dataran
menengah. Dengan permintaan pasar yang meningkatkan kebutuha kopi arabika maka
kitapu ikut andil dalam hal ini. Sehingga perlu peningkatan pada kopi arabika,
yaitu perlu pemeliharaan dengan sebaik-baiknya.
1.2 Tujuan
Pratikum ini bertujuan untuk memelihara tanaman kopi yang
masih tergolong dalam tanaman yang belum menghasilkan
1.3 Manfaat yang
diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara melakukan perawatan tanaman industri agar dapat
menghasilkan secara berkesinambungan.
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeliharaan
tanaman baik pada saat belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan tidak
selamanya berurutan, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di
kebun, sehingga pada praktiknya antara blok yang satu dengan blok yang lain
bisa saja berbeda. Begitu juga antara tahun yang lalu dengan tahun yang
sekarang, urutan pelaksanaan pemeliharaan berbeda.
Indonesia merupakan Negara penghasil kopi terbesar keempat setelah
Brasilia, kolombia, dan Vietnam. Produksi kopi Indonesia didominasi oleh jenis
kopi robusta yakni 90 % dan sisanya kopi arabika 10%, permintaan kopi dunia
didominasi kopi arabika , yakni 75% dan sisanya kopi robusta. Berdasarkan
fenomena tersebut maka kebijakan pemerintah adalah memperbesar proporsi
produksi kopi arabika (Anonim, 2004)
Umumnya untuk usahatani dan budidaya kopi arabika
melalui kegiatan Perluasan, Peremajaan dan Rehabilitasi adalah sama seperti
pada kegiatan penanaman baru, yaitu:
a.
Pengendalian Gulma
Tanaman kopi
muda (TBM) perlu dijaga agar tetap bebas dari gangguan gulma dengan menjaga
tanaman radius 1 m tetap bersih dari gulma. Penutupan gulma dijaga agar tidak
lebih dari 20 % dan tinggi gulma di bawah 20 cm.
Cara
pengendalian gulma yang digunakan disesuaikan dengan sarana dan tenaga yang
tersedia. Kombinasi antara cara mekanis dan pemberian mulsa merupakan cara yang
dianjurkan. Pekerjaan pengendalian gulma meliputi: pembabatan apabila perlu,
pencangkulan ringan pada saat menjelang pemupukan dan pemberian mulsa pada saat
menjelang musim kemarau.
Untuk
mengendalikan gulma khusus seperti alang-alang (Imperata cylindrica), mikania
dan teki sebaiknya dilakukan secara mekanis dan kimia (herbisida). Pengendalian
secara kimia untuk alang-alang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu blanket
spraying (penyemprotan menyeluruh), spot spraying (penyemprotan setempat) dan
wiping (penyemprotan). Herbisida yang digunakan yaitu yang mengandung bahan
aktif Dalapon dengan dosis 8 kg/ha atau Glyfosat dengan dosis 3 – 6 l/ha.
Pengendalian
secara kimia untuk mikania digunakan 2,4 D-amine dengan dosis 1,5 – 2,0 l/ha,
kemudian diulang 3 – 4 minggu kemudian dengan penyemprotan setempat (spot
spraying) dengan dosis 0.5 – 1.0 l/ha. Pengendalian teki secara kimia dapat
digunakan herbisida berbahan aktif Glyfosat dosis 1 – 2 kg/ha.
b. Pohon Pelindung
1. Penanaman pohon pelindung
Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi
jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis.
Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan
tanaman pelindung yang ada.
Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon,
dll.
2. Pengaturan pohon pelindung
Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi.
Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung
bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum pada Maret 2012 yang bertempat kebun percobaan Laboratorium
Agronomi Fakultas Pertanian di UNIB
3.2 Bahan dan Alat
Pupuk urea
TSP
KCL
Pupuk kandang
Hand sprayer
EmberTali rafiah
Herbisida Round up, Sun U
3.3 Cara Kerja
a)
Membuat piringan pada
tanaman kopi muda dengan diameter piringan 1 meter dari batang pokok
b)
Memberi pupuk kandang
pada masing-masing tanaman sebanyak 2 kg, yang diaduk dengan tanah disekitar
tanaman pada saatpembuatan piringan
c)
Memberi pupuk urea, TSP,
KCL dengan dosis masing-masing 100gram, untuk tanaman kopi
d) Membuat larutan herbisida yang ada sesuai dengan dosis anjuranyang
tertera ada wadah yang ada, seperti round up, sun up diperlukan 4-5 liter dalam
100 liter air
e)
Menyemprotkan larutan
herbisida yang telah dibuat denagan ketinggian nozle diantara barisan tanaman
kopi
f)
Menyemprotkan larutan
tersebut secara merat ke semua bagian herba/gulma yang ada pada areal yang
ditentukan
g)
Mengusahakan tekanan
pompa dalam nozle tidak berlebihan
h)
3.4 sifat-sifat yang diamati
Pengamatan variabel
pengamatan berupa jumlah daun,
tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah cabang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengamatan ke-1
Sampel tanaman
|
Variable
pengamatan
|
|||
Tinggi
Tanaman (cm)
|
Jumlah
Daun (helai)
|
Diameter
Batang (mm)
|
Jumlah
Cabang
|
|
1
|
65
|
56
|
15
|
20
|
2
|
46
|
44
|
16
|
23
|
3
|
71
|
56
|
14
|
21
|
4
|
63
|
67
|
17
|
20
|
5
|
58
|
25
|
15
|
19
|
Jumlah
|
303
|
248
|
77
|
103
|
Rata-rata
|
60,6
|
49,6
|
15,4
|
20,6
|
4.2 Pengamatan
ke-2
Sampel tanaman
|
Variable
yang diamati
|
|||
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah
Daun (Helai)
|
Diameter
Batang (mm)
|
Jumlah
Cabang
|
|
1
|
66
|
58
|
15,6
|
20
|
2
|
50
|
50
|
16,2
|
23
|
3
|
73
|
60
|
14,9
|
21
|
4
|
65
|
69
|
17,7
|
20
|
5
|
61
|
31
|
15,6
|
19
|
Jumlah
|
315
|
268
|
80
|
103
|
Rata-rata
|
63
|
54
|
16
|
20,6
|
4.3 Pengamatan ke-3
Sampel tanaman
|
Variable
yang diamati
|
|||
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah
Daun (Helai)
|
Diameter
Batang (mm)
|
Jumlah
Cabang
|
|
1
|
68
|
60
|
17
|
22
|
2
|
52
|
52
|
17,9
|
25
|
3
|
73
|
63
|
15,8
|
26
|
4
|
66
|
71
|
19
|
23
|
5
|
63
|
38
|
17
|
24
|
Jumlah
|
322
|
284
|
86,7
|
120
|
Rata-rata
|
64,4
|
56,8
|
17,34
|
24
|
4.4 Pengamatan ke-4
Sampel tanaman
|
Variable
yang diamati
|
|||
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah
Daun (Helai)
|
Diameter
Batang (mm)
|
Jumlah
Cabang
|
|
1
|
73
|
63
|
18
|
23
|
2
|
56
|
54
|
18,5
|
26
|
3
|
76
|
67
|
16
|
2
|
4
|
69
|
74
|
20
|
24
|
5
|
66
|
45
|
17,5
|
26
|
Jumlah
|
340
|
303
|
90
|
101
|
Rata-rata
|
68
|
60,6
|
18
|
20,2
|
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum
ini yang kami lakukan adalah perawatan pada tanaman yang telah menghasilkan
yakni pada tanman kopi yang berada di belakang lab agronomi fakultas pertanian
universitas bengkulu.
Pada
praktikum jumlah yang kami libatkan sebanyak 5 tanaman kopi dan pengamatan
serta pengukuran variabel yang diamati dilakukan sebanyak 4 kali dengan rentan
waktu 2 minggu dari pemeliharaan pertama.
Adapun
kegiatan perawatan tanaman pada tanman kopi yang kami lakukan yakni berupa
kegiatan pembersihan dan pembuatan piringan disekitar tanman kopi adapun fungsi
piringan yang kami buat tersebut bertujuan sebagai tempat pemupukan dan
mencegah persaingan dengan gulma lalu setelah piringan selesai kami mulai
memupuk dengan pupuk kandang serta pupuk kimia sesuai dosis yang telah
ditentukan oleh buku penuntun.
Setelah
melakukan pemeliharaan tanaman kopi dilakukan kami mulai pengamatan setelah 2 minggu
.pengukuran pertama kami mengukur tinggi tanman ,jumlah daun ,diameter
batang dan jumlah.dilihat dari total rata-rata hasil
pengamatan dari semua variabel yang diamati cenderung mengalami peningkatan .
Dari data yang telah didapatkan bahwa dapat disimpulkan bahwa perawatan yang
kita berikan kepada tanaman dengan
penyiangan dan pemupukan memberikan pengaruh yang cukup berarti.
Karena pupuk memberikan bantuan suplai makanan sebagai modal
pertumbuhan suatu tanaman.
Dengan keadaan sekitar juga mendukung untuk pertumbuhan tanaman kopi
seperti adanya tanaman pelindung menjadi faktor untuk mempengaruhi pertumbuhan
kopi. Karena tanaman kopi membutuhkan naungan yang cukup dalam siklus hidupnya.
Dan
yang cukup penting juga adalah karena pembersihan disekitar lorong kopi
tersebut menjadi tidak ada persaingan dalam unsur hara dan hal lainya.
BAB V
KESIMPULAN
Bahwa
dengan melakukan pemeliharaan tanman pertambahan pertumbuhan pada variabel yang diamati seperti pada jumlah cabang dan
diameter batang jumlah
daun .
Pupuk,penyiangan
dan naungan sangat penting didalam pengoptimalan kondisi lingkungan yang
dibutuhkan oleh tanaman kopi
Pembatan
piringan pada tanman kopi bertujuan meminimalisasikan persaingan dengan hama
pengganggu tanman.
ACARA VII
.PERLAKUAN BENIH SEBELUM DIKECAMBAHKAN TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH
KOPI (Coffea canephora)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perbanyakan
tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan mengawinkan dua
individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga menghasilkan
individu baru yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan
generatif biasanya dilakukan dengan spora tau benih.
Keuntungan
yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebgai berikut :
1.
Merupakana cara perbanyakan
tanaman yang paling muirah, murah seta tidak memrlukan tenaga ahali.
2.
biasanya menghasilkan tanaman
yang lebih sehat, produkrif dan daya hidupnya lebih lama.
3.
memungkinkan adanya
perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru
4.
menghasilkan tanaman yang
berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan, banjir, dan
tahan rebah.
Adanya
keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komuditi sesuai
maksud dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap
dipertahankan. Sekalipun demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah
dipengaruhi oleh mutu/kualitas benih.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi mutu benih yaitu :
1.
Kemurnian benih
Benih yang murni adalah tidak tercampur
dengan varietas lain. dan homegen (tidak tercampur dengan kotoran lain)akan
dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang menghasilkan dari benih
tesebut, oleh karena itu secra umum benih dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
ü Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur
tertentu dan tidak tercampur dengan benih/varietas/galur yang lain dimana tidak
diketahui jenis dan sifatnya.
ü Benih homegen yaitu benih secara fisik-mekanik tidak tercampur dengan
bahan-bahan yang tidak merusak, misalnya batu kerikil, butir-butir tanah,
biji-biji hampa atau rusak dan biji-biji gulma
2.
Daya kecambah dan kecepatan
kecambah
Daya kecambah atau tenaga tumbuh adalah daya
untuk berkecambah yang dinyatakan dengan banyaknya biji yang berkecambah dalam
jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam (%). Dan ini menyatakan viabilitas
dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan untuk berkecamabah ini ternyata
berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman. Benih kopi akan berkecambah setelah
4-6 minggu. Sedangkan benih kopi untuk daya kecamabah10 – 15 hari.
3.
Kandungan air
Kandungan air yang terlalu banyak akan
mengakibatkan benih menjadi capat mati karena kakurangan O2, bercendawan atau
rusak karena serangan hama terutama jika rusak lembanganya. Sebaiknya, jika
benih kekurangan air amakan ia akan sulit untuk berkecamabh. Pada dasarnya air
diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air
akan berpentasi kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa
organik. Oleh karena itu kadar air biji akan cukup tinggi justru akan memacu
metabolisme biji sehingga biji tersebut akan menjadi tidak tahan disimpan. Olah
karena itu puluhankadar air biji sangat menntukan kualitas benih suatau
tanaman.
1.2
Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara memperlakukan benih kopi selama
pra-perkecambahan dan untuk melihat pengaruh perlakuan tersebut terhadap
pertumbuhan kecambah kopi.
1.3
Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara
mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk
menghilangkan pulp pada benih kopi dan ekstraksi yang tepat untuk benih kopi.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Buah
yang telah masak dapat diektraksi secara manual dengan cara menggosok dan
melumatnya bersamaan dengan pasir kasar, kemudian dicuci dengan air hingga
daging dan kulit buahnya terlepas. Benih dapat diekstraksi dengan alat pengupas
kopi. Benih kemudian dikeringkanginkan di tempat ternanung. Penurunan kadar air
ini dapat menaikkan daya berkecambah benih.
Benih
dikecambahkan pada bak atau bedeng tabur dengan posisi terbaring yang
dibenamkan ke media pasir separuh bagian. Sebelum disimpan, benih diberi
perlakuan disinfektan untuk menekan perkembangan jamur dan bakteri. Dalam
penyemaian bahan bibit dapat diperoleh dari cabutan atau dari hasil penaburan.
Untuk media semai dapat digunakancampuran serbuk sabut kelapa dengan tanah
(topsoil), atau tanah dengan kompos atau tanah dengan sekam padi, dengan
perbandingan 3 : 1, yang dibantu dengan pemberian pupuk selama di persemaian.
Bibit siap di tanam setelah umurnya sekitar 3 bulan.
Kopi
(Coffea spp) adalah species tanaman
berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman
ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi
12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh berhadapan
pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan
yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis
cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh
dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan
temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah yang tandus yang memang tidak
cocok bagi kehidupan tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang tidak cocok untuk
ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah
tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta
Australia disebelah Utara dimana tanahnya sangat tandus.
Mutu bibit sangat dipengaruhi oleh cara pengelolaan dan material
yang digunakan untuk memproduksi bibit di persemaian. Dalam memproduksi bibit
tanaman hutan perlu menguasai teknik penanganan dan pemrosesan buah dan benih,
penyimpanan dan viabilitas, dormansi dan perlakuan pendahuluan, Penaburan dan
perkecambahan, penyapihan dan pemeliharaan tanaman selama di persemaian
(penyiangan gulma/rumput, pemupukan dan
.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal maret 2012 sampai selesai yang
dilaksanakan lahan sekitar laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
3.1 Bahan dan Alat
Benih kopi, abu dapur, abu alang-alang,
abu sekam.padi/jerami padi, tanah, pasir, pupuk kandang, atap rumbia, tali
rapia, paku, bambu, ember plastik, dithen M-45, label nama, spidol,polibag/bak
perkecambahan, cetok, ayakan diameter 0,5 cm, mistar, termometer dan
sebagainya.
3.2 Metode pelaksanaan/rancangan yang digunakan
Percobaan/ praktikum ini disusun secara
faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang masing-masing
diulang 3 kali dan menggunakan dua factor:
Factor I: macam abu (A),
terdiri dari
A0 = tanpa ekstraksi
A1= abu dapur
A2=
abu alang-alang
A3= abu sekam padi/jerami padi
Faktor II : Lama
Perendaman (P), terdiri dari :
Untuk kelompok
I
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 4 jam
P2 =
Direndam selama 8 jam
P3 =
Direndam selam 12 jam
P4 =
Direndam selam 16 jam
Untuk kelompok II
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 12 jam
P2 =
Direndam selama 18 jam
P3 =
Direndam selam 24 jam
P4 =
Direndam selam 30 jam
Untuk
kelompok III
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 16jam
P2 =
Direndam selama 24 jam
P3 =
Direndam selam 32 jam
P4 =
Direndam selam 40 jam
Dari dua faktor
tersebut diatas maka diperoleh 15
kombinasi perlakuaan, dan jumlah sampel untuk setiap kombinasi perlakuan
adalah 3 buah benih.
3.5
Cara kerja/pelaksanaan pekerjaan
Menyiapkan
bak perkecambahan dari plastik dengan ukuran minimal 30x50cm2
sebanyak 4 buah atau bak perkecambahan dari kayu dengan ukuran 50 x 100cm2.
Mengisi
bak perkecambahan dengan pasir halus yang telah diayak setebal 10-15 cm.
Meletakkan
bak yang telah diisi pasir tersebut dibawah naungan yang telah disiapkan
terlebih dahulu, tepatnya dirumah kaca laboratorium agronomi fakultas pertanian
universitas bengkulu.
Menyiapkan
benih dan memperlakukan dengan abu
a.
Ambil
buah kopi yang telah masak pada dompolan cabang bagian tengah, kupas kulitnya
yang membungkus biji kopi dan hilangkan pulpnya sesuai denagn perlakuaan.
b.
Dalam
memperlakukan benih dengan abu, yaitu : campuran benih dengan abu yang telah
diisikan
Benih
yang telah dicuci bersih lalu dilanjutkan dengan perlakuaan perendaman dalam
air sesuai dengan perlakuan masing-masing. Dalam memperlakukan perendaman ini,
usahakan saat selesainya bersamaan yaitu dengan cara memperlakukan perendaman
yang paling lam selanjutnya diikuti dengan perendaman lebih pendek waktunya
dari yang sebelumnya.
Benih
yang telah dilakukan, selanjutnya ditanam dalam bak perkecambahan dengan jarak
tanam 3 x 2 cm. Petakan masing-masing perlakuaan dalam bak perkecambahan agar
diacak, kemudian masing-masing perlakuan agar diberi label untuk memudahkan
dalam pengamatan
Lakukan
penyiraman setiap pagi dan sore, dalam penyiraman agar diperhatikan untuk tidak
merubah posisi benih yang telah ditanam tersebut.
Bersikan tempat perkecamabahan tersebut dari
gangguan herba yang tumbuh dengan menggunakan tangan secara hati-hati.
Amati setiap hari benih yang dikecambahkan
tersebut, dan catat apabila ada benih yang berkecambah untuk setiap perlakuan,
pengamtan dilakukan sampai batas waktu yang telah ditentukan
Pada periode perkecambahan amatilah
sifat-sifat tanaman seperti
a.
5 benih berkecambah
b.
Tinggi kecambah yang dihitung
dari pangkal batang sampai ujung daun
c.
Hitung berat basah
masing-masing kecamabah pada masing-masing perlakuan
Pindahkan kecamabah yng telah
ditukar tersebut kedalam polibag ukuran 10-15 cm yang telah diisi dengan media
camapuran tanah :pasir:pupuk. Dengan jumlah setiap perlakuan berjumlah 3
kecambah
Sembilan mingu setelah
pemindahan kedalam polibag, amatilah terhadap sifat-sifat tanaman tersebut :
tinggi tanaman, jumlah daun
Lakukan analisis keragaman
terhadap pada data pengamtan sub j dan sub l tersebut sesuai dengan rancangan
yang ada.
Susunlah laporan sesuai dengan
hasil yang diperolah, sesuai dengan petunjuk yang diberikan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Rata-Rata Berkecambah = 0
Jumlah yang dikecambahkan =
450
Persentase Benih Berkecambah =
0/450 x 100 % = 0 %
4.2 Pembahasan
Proses ekstakrsi biji kopi pada praktikum ini
dinyatakan gagal karena tidak satupun biji yang tumbuh hal ini disebabkan
kesalahan praktikan didalam mengurus maupun melakukan ekstaksi benih kopi
tersebut.
Dan ketika ada instruksi untuk
melaakukan pengulangan perkecambahan benih kopi ini sudah tidak memiliki waktu
lagi karena perkecambahan kopi sangat susah untuk berkecambah.
BAB V
KESIMPULAN
1. Pemberian perlakuan ekstraksi tanpa ekstraksi, abu dapur, abu alang-alang, abu
sekam padi/jerami padi terhadap kopi
sebelum dikecambahkan dilakukan untuk memepercepat pertumbuhan kecambah kopi
tidak menunjukkan hasil yang diinginkan.
2. Persentase kecambah hanya 0%. Tidak ada kecambah yang tumbuh.
3. Dugaan tidak berhasil tumbuhnya kecambah kopi yaitu pengekstraksian
yang terlalu lama dan juga kesalahan
praktikan (human error)
ACARA VIII.PENGARUH MEDIA
EKSTRAKSI TERHADAP PERKECAMBAHAN COKLAT (Thebroma
cacao)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lambangnya
penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan
dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih. Bahwa lambatnya penurunan
daya kecambah benih coklat selama masih ada dalam buah disebabkan oleh derajat
keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp. Sehingga secara osmotik
menghalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam mengecambahkan benih
perlu dilakukan ekstaraksi untuk mempercepat perkecambahan, adapun media
ekstraksi yang digunakan dapat berupa serbuk gergaji, abu dapur, sekam dan
lain-lain.
1.2
Tujuan Praktikum
Untuk
mempelajari pengaruh media ekstraksi terhadap perkecambahan benih coklat.
1.3
Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini
diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa
saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih coklat dan
ekstraksi yang tepat untuk benih coklat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kakao
(Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk
perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang
tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi
pekebun.. Biji/benih coklat tidak mempunyai masa dorman, maka haru langsung
dikecambahkan (situmorang, 1980).
Lambatnya
penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan
dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih(raharjo, 1981). Hal yang sama
juga dikemukan oleh chin (1980), bahwa lambatnya penurunnya daya kecambah benih
coklat selama masih dalam buah disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan
gula yang tinggi pada pulp. Sehingga secara osmotic mengahalangi perkecambahan
benih. Oleh sebab itu dalam mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstraksi
untuk mempercepat perkecambahan.
Buah
yang telah masak dapat diektraksi secara manual dengan cara menggosok dan
melumatnya bersamaan dengan pasir kasar, kemudian dicuci dengan air hingga
daging dan kulit buahnya terlepas. Benih dapat diekstraksi dengan berbagai
media ekstraksi. Benih kemudian dikeringkanginkan di tempat ternanung.
Penurunan kadar air ini dapat menaikkan daya berkecambah benih.
Benih dikecambahkan pada bak atau bedeng tabur dengan posisi
terbaring yang dibenamkan ke media pasir separuh bagian. Sebelum
disimpan, benih diberi perlakuan disinfektan untuk menekan perkembangan jamur
dan bakteri. Dalam penyemaian bahan bibit dapat diperoleh dari
cabutan atau dari hasil penaburan. Untuk media semai dapat digunakancampuran
serbuk sabut kelapa dengan tanah (topsoil), atau tanah dengan kompos atau tanah
dengan sekam padi, dengan perbandingan 3 : 1, yang dibantu dengan pemberian
pupuk selama di persemaian. Bibit siap di tanam setelah umurnya sekitar 3
bulan.
Biji/ benih coklat dibungkusi
oleh daging biji atau leandir (pulp) yang disenangi oleh semut atau serangga.
Untuk menjaga mutu benih maka sebelum dikecambahkan hendaknya pulp ini
dihilangkan lebih dahulu dengan cara diaduk menggunakan media abu,
diremas-remas dengan bantuan kain atau lap, kemudian dicuci dengan air. Yang penting
adalah harus dijaga agar kulit tanduk biji tidak rusak karena perlakuan
tersebut. Setelah digosok dengan abu, biji tersebut kemudian dicuci dengan air
sampai bersih. Biji/benih coklat tidak mempunyai masa dorman, maka haru
langsung dikecambahkan.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada Maret 2012 sampai selesai yang
dilaksanakan lahan sekitar
laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
3.2 Bahan dan alat
Bahan
dan alat yang digunakan adalah buah coklat, abu sekam padi/ jerami padi, abu
alang-alang, abu dapur, tanah (topsoil), pupuk kandang, polibag, dithane M-45,
pemukul kayu, naungan, pisau, pasir dan bak tempat perkecambahan.
3.3 Metode pelaksanaan/Rancangan yang digunakan
Percobaan/praktikum ini disusun dengan
pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang diulang 3 kali yang menggunakan
faktor tunggal yaitu M1 = media ekstraksi abu sekam, M2=
media ekstraksi abu dapur, M3 = tanpa media ekstraksi. Masing-masing
kelompok ulangan.
3.4 Cara kerja
1. Persiapan benih
Mengambil buah coklat yang telah masak,
buah benih coklat dipecah dengan menggunakan pisau, kemudian benih dipotong
menjadi 3 bagian (1/3 bagian ujung, 1/3 bagian tengah, 1/3 bagian pangkal),
untuk praktikum ini hanya diambil bagian tengahnya saja.
Benih kemudian diekstraksi sesuai dengan :
Media ekstraksi gergaji (SB), media ekstraksi abu dapur (AD), media ekstraksi
sekam padi (SP), tanpa media ekstraksi (TE)
Persiapan tanah :
ü Campurkan tanh dengan pupuk kandang
perbandingan 1:1
ü Masukkan campuran tanah dan pupk kandang
tersebut kedalam polibag sehingga ketinggian media 1-2 cm dari atas bibir
polibag.
Persiapan
tanam dan penanaman
ü Benih yang tealah diekstraksi tersebut
ditanam pada media dalam polibag, dengan cara membenankan 2/3 bagian benih
ü Setiap kelompok mengamati lima (5) benih
dari masing-masing perlakuan media ekstraksi
ü Setiap kelompok merupakan ulangan dari
kelompok lain
ü Benih yang ditanam dalam polibag disusun
bawah naungan
ü Berikan dithen M-45 dengan cara direndam
selam 2 menit (5 mg/air)
2. Pengamatan
A.
Pengamatn
dilakukan setiap minggu sejak penanaman (kecuali variabel persentase benih
berkecambah dan umur berkecambah)
B.
Variabel
yang diamati meliputi
ü Persentase benih berkecambah, diamati 10
hari setelah penanaman benih
ü Umur berkecambah, diamati setiap hari,
apabila 4 benih sudah berkecambah maka hal tersebut merupakan umur berkecambah
ü Tinggi tanaman/bibit, diukur setela
tanaman berumur 1,5 bulan
ü Jumlah daun, diukur setelah tanaman
berumur 1,5 bulan
ü Diameter batang, diukur setelah tanaman
berumur 1,5 bulan (diukur mulai dari 1 cm pada pangkal batang).
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN DAN ANALISIS
4.1 Hasil Pengamatan dan Analisis
Hasil
4.1.1 Presentase
Perkecambahan
sampel
|
Ulangan persentase benih berkecambah
|
|||
I
|
II
|
III
|
||
w1M1
|
4
|
5
|
5
|
14
|
w1m2
|
5
|
4
|
5
|
14
|
w1m3
|
4
|
3
|
5
|
12
|
w2m1
|
5
|
5
|
4
|
14
|
w2m2
|
5
|
3
|
5
|
13
|
w2m3
|
5
|
4
|
4
|
13
|
w3m1
|
5
|
5
|
5
|
15
|
w3m2
|
5
|
4
|
5
|
14
|
w3m3
|
5
|
5
|
5
|
15
|
w4m1
|
5
|
4
|
4
|
13
|
w4m2
|
4
|
3
|
4
|
11
|
w4m3
|
3
|
4
|
5
|
12
|
w5m1
|
4
|
5
|
4
|
13
|
w5m2
|
4
|
3
|
4
|
11
|
w5m3
|
4
|
4
|
4
|
12
|
jlh
|
67
|
61
|
68
|
196
|
Tabel
anava
sk
|
db
|
jk
|
kt
|
fh
|
F tab 5%
|
block
|
2
|
1,911111
|
0,955556
|
2,487603 *
|
2,34
|
per
|
14
|
7,644444
|
0,546032
|
1,421488 n/s
|
2,06
|
galat
|
28
|
10,75556
|
0,384127
|
|
|
tot
|
44
|
20,31111
|
0,461616
|
|
|
4.1.2
Umur Perkecambahan
sampel
|
Umur kecambah(hari)
|
|||
I
|
II
|
III
|
||
w1M1
|
6
|
7
|
10
|
23
|
w1m2
|
7
|
8
|
10
|
25
|
w1m3
|
6
|
7
|
9
|
22
|
w2m1
|
7
|
8
|
10
|
25
|
w2m2
|
6
|
7
|
10
|
23
|
w2m3
|
7
|
8
|
10
|
25
|
w3m1
|
6
|
7
|
9
|
22
|
w3m2
|
7
|
8
|
10
|
25
|
w3m3
|
6
|
7
|
10
|
23
|
w4m1
|
7
|
8
|
10
|
25
|
w4m2
|
6
|
7
|
9
|
22
|
w4m3
|
7
|
8
|
10
|
25
|
w5m1
|
6
|
7
|
9
|
22
|
w5m2
|
7
|
8
|
10
|
25
|
w5m3
|
6
|
7
|
10
|
23
|
jlh
|
97
|
112
|
146
|
355
|
sk
|
db
|
jk
|
kt
|
fh
|
F
tab 5%
|
block
|
2
|
84,04444
|
42,02222
|
601,6818
**
|
2,34
|
per
|
14
|
8,444444
|
0,603175
|
8,636364
**
|
2,06
|
galat
|
28
|
1,955556
|
0,069841
|
|
|
tot
|
44
|
94,44444
|
2,146465
|
|
|
Tabel
anava
4.1.3 Jumlah Daun
sampel
|
Jumlah Daun/ Helai
|
|||
I
|
II
|
III
|
||
w1M1
|
4
|
2
|
2
|
8
|
w1m2
|
4
|
2
|
4
|
10
|
w1m3
|
2
|
2
|
4
|
8
|
w2m1
|
2
|
4
|
2
|
8
|
w2m2
|
4
|
2
|
4
|
10
|
w2m3
|
4
|
4
|
4
|
12
|
w3m1
|
6
|
4
|
4
|
14
|
w3m2
|
2
|
4
|
4
|
10
|
w3m3
|
4
|
4
|
2
|
10
|
w4m1
|
2
|
2
|
2
|
6
|
w4m2
|
4
|
4
|
2
|
10
|
w4m3
|
4
|
2
|
2
|
8
|
w5m1
|
4
|
2
|
4
|
10
|
w5m2
|
2
|
2
|
2
|
6
|
w5m3
|
2
|
2
|
2
|
6
|
jlh
|
50
|
42
|
44
|
136
|
Tabel
anava
sk
|
db
|
jk
|
kt
|
fh
|
F
tab 5%
|
block
|
2
|
2,311111
|
1,155556
|
1,197368 N/s
|
2,34
|
per
|
14
|
23,64444
|
1,688889
|
1,75 n/s
|
2,06
|
galat
|
28
|
27,02222
|
0,965079
|
|
|
tot
|
44
|
52,97778
|
1,20404
|
|
|
4.1.3 Diameter batang
sampel
|
Jumlah Daun/ Helai
|
|||
I
|
II
|
III
|
||
w1M1
|
2
|
3
|
4
|
9
|
w1m2
|
2
|
2
|
3
|
7
|
w1m3
|
2
|
2
|
3
|
7
|
w2m1
|
2
|
2
|
3
|
7
|
w2m2
|
2
|
2
|
2
|
6
|
w2m3
|
2
|
2
|
3
|
7
|
w3m1
|
2
|
3
|
3
|
8
|
w3m2
|
3
|
3
|
4
|
10
|
w3m3
|
2
|
2
|
2
|
6
|
w4m1
|
2
|
2
|
3
|
7
|
w4m2
|
2
|
2
|
4
|
8
|
w4m3
|
2
|
2
|
3
|
7
|
w5m1
|
2
|
3
|
4
|
9
|
w5m2
|
3
|
2
|
3
|
8
|
w5m3
|
2
|
2
|
4
|
8
|
jlh
|
32
|
34
|
48
|
114
|
Tabel
anava
sk
|
db
|
jk
|
kt
|
fh
|
F
tab 5%
|
block
|
2
|
0,4
|
5,066667
|
27,28205 **
|
2,34
|
per
|
14
|
7,2
|
0,419048
|
2,25641 n/s
|
2,06
|
galat
|
28
|
15,6
|
0,185714
|
|
|
tot
|
44
|
23,2
|
0,481818
|
|
|
4.1.3 tinggi tanaman
sampel
|
Tinggigi tanaman
|
|||
I
|
II
|
III
|
||
w1M1
|
10,2
|
14
|
15,5
|
39,7
|
w1m2
|
10,5
|
12
|
13
|
35,5
|
w1m3
|
11,5
|
13
|
15
|
39,5
|
w2m1
|
12,2
|
12,3
|
12,4
|
36,9
|
w2m2
|
10
|
10
|
11
|
34
|
w2m3
|
13,1
|
13,4
|
13,5
|
40
|
w3m1
|
13,1
|
14,5
|
15,1
|
42,7
|
w3m2
|
11,5
|
11,5
|
13
|
38
|
w3m3
|
6
|
6
|
10
|
30
|
w4m1
|
12
|
14
|
16
|
42
|
w4m2
|
14,15
|
11,2
|
10,1
|
35,45
|
w4m3
|
14,2
|
11,1
|
11,1
|
36,4
|
w5m1
|
11
|
12,5
|
15
|
38,5
|
w5m2
|
10
|
14
|
16
|
40
|
w5m3
|
15,3
|
16
|
18
|
49,3
|
jlh
|
202,45
|
190,3
|
185,2
|
577,95
|
Tabel
anava
sk
|
db
|
jk
|
kt
|
fh
|
F
tab 5%
|
block
|
2
|
10,471
|
5,2355
|
1,347693 N/s
|
2,34
|
per
|
14
|
90,493
|
6,463786
|
1,663872
|
2,06
|
galat
|
28
|
108,774
|
3,884786
|
n/s
|
|
tot
|
44
|
209,738
|
4,766773
|
|
|
BAB V
PEMBAHASAN
Ekstraksi dimaksudkan untuk membuang lapisan pulp yang
melapisi benih tanaman sehingga dapat mengganggu jalannya proses perkecambahan.
Hal ini disebabkan karena lapisan pulp merupakan zat yang dapat mempengaruhi
keadaan pH benih sehingga mempengaruhi reaksi metabolisme dan fisiologis yang
ada di dalam benih tanaman kakao.
Berdasarkan hasil perhitungan dan
analisis data dengan menggunakan RAKL pada taraf uji F tabel 5% didapatkan
bahwa pemakaian media ekstraksi pada tanaman kakao sebelum dikecambahkan
menyebabkan pengaruh yang tidak nyata pada variabel tinggi tanaman, diameter
batang dan jumlah daun kecuali pada umur perkecambahan terdapat pengaruh nyata.
Dimana
pertumbuhan gulma yang semakin cepat tumbuh jarang diperhatikan. Tidak
teraturnya juga ketika penyiramana. perawatan yang tidak efisien sehingga
parameter yang diamati tidak menunjukkan hasil yang baik. Walaupun jika dilihat
dari petumbuhan kecamabah kakao yang tumbuh secara keseluruhan hanya bertotal 75
% tidak memberikan asumsi bahwa pertumbuhan selanjutnya akan lebih baik. Dapat dikatakan hasil percobaan tidak
berhasil.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil analisis didapatkan
kesimpulan :
- Perlakuan ekstraksi abu sekam, abu dapur, dan tanpa ekstraksi terhadap perkecambahan kakao memberikan pengaruh yang berbeda terhadap umur perkecamabahan
- Hasil analisis pada uji taraf 5% menunkkan bahwa pemakaian media ekstraksi pada tanaman kakao sebelum dikecambahkan menyebabkan pengaruh yang tidak nyata pada variabel tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun.
- Pengaruh tidak nyata pada tinggi, diameter batang dan jumlah daun disebabkan tentang perawatan terhadap tanaman kakao yang kurang diperhatikan. Dimana pertumbuhan gulma yang semakin cepat tumbuh jarang diperhatikan. Tidak teraturnya juga ketika penyiramana. Koordinator perawatan yang tidak efisien sehingga parameter yang diamati tidak menunjukkan hasil yang baik.
ACARA
IX . KOMPATIBILITAS OKULASI BEBERAPA BATANG BAWAH DENGAN BATANG ATAS PADA
TANAMAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perbanyakan
tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif
melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan tanaman
dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada
perkebunan karet dan kakao.
Beberapa
kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi antara lain penggunaan
okulasi dapat menghasilkan tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi,
pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat, dan
memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea.
Sedangkan
kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi antara
lain; tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya
keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan
menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat
dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres
tidak tumbuh sangat besar.
Bibit okulasi
terdiri dari batang atas dan batang bawah yang biasanya berasal dari dua klon
yang berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan dua klon dalam satu
individu sehingga diperoleh produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang.oleh
karena itu perlu diperhatikan sifat-sifat unggul dari calon batang atas dan
batang bawah serta kompatibilitas kedua calon batang tersebut.
1.2
Tujuan Praktikum
Untuk
mem etahui kompatibilitas batang bawah yang berasal
dari biji enam klon karet
1.3
Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan
kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengokulasi,sambung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet yang ditumbuhkan
seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan bibit hasil okulasi yang
entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan
pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul
sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu.
Pada tanaman karet, persiapan bahan tanam dilakukan
jauh hari sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu
disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood),
dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan
untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara
yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan
batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah
pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha
pemeliharaan tanaman di pembibitan.
Menurut Anwar (2001) untuk mendapatkan bahan tanam
hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi
dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi
atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya
dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan
tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan
okulasi. Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain
yang dapat bergabung (kompatibel) dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat
yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi
yang baik. Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah
sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex
yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut
sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan
dilapangan disebut tanaman semai (Simanjuntak, 2010)
Teknik okulasi yang umum digunakan adalah okulasi
hijau (green budding) dan okulasi konvensional atau okulasi cokelat (brown
budding), meskipun ada jenis lain yaitu okulasi dini.
Tabel 1. Teknik Okulasi dan Perbedaannya
Teknik Okulasi
|
Umur batang bawah
|
Umur, ukuran, dan warna entres
|
Dini
|
2-3 bulan
|
3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda
|
Hijau
|
4-6 bulan
|
3-4 bulan, garis tengah 0.5 – 1 cm, hijau
|
Cokelat
|
8-18 bulan
|
1-2 tahun, garis tengah 2.5 – 4 cm, cokelat
|
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah sebagai berikut:
1.
Waktu mencangkok
Waktu terbaik melakukan pencangkokan adalah pada musim hujan,
karenatak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, selain dari itu pada musim hujan
cangkokan agak cepat berhasilnya sehingga dalam musim itu juga telah dapat
ditanamkan. Pencangkokan dapat pula dilakukan pada musim kemarau, asal
dilakukan penyiraman 1-2 kali sehari.
2.
Pemilihan batang cangkokan
Batang cangkokan sebaiknya jangan diambil dari pohon
induk yang terlalu tua sebab biasanya dahan pohon induk tersebut kurang
baik untuk dicangkok, dan juga jangan pula diambil dari pohon yang terlalu muda sebab belum
dapat diketahui sifat-sifatnya. Pohon induk yang sedang umurnya, kuat, sehat
dan subur serta banyak dan baik buahnya, sangat baik diambil batangnya untuk
cangkokan.
3.
Pemeliharaan cangkokan
Selama pencangkokan berlangsung pemeliharaan dianggap
sudah cukup apabila media cangkokan tersebut cukup lembab sepanjang waktu.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan
pada 26 Mei 2012 sampai selesai yang
dilaksanakan lahan Lembaga
penelitian Pertanian (LPP) BAPTIS
3.2
Bahan dan
alat
Bahan dan alat yang
digunakan adalah pisau,plastik
,klon,gunting kusus,kebun entres,biakan generatif dari karet,kopi dan jeruk
kalamanci
3.3
metode kerja
mengokulasi:
1. mempersiapkan bibit dari biji yang sudah berumur 6-8 bulan sebagai batang bawah.
1. mempersiapkan bibit dari biji yang sudah berumur 6-8 bulan sebagai batang bawah.
2. Membuat “Jendela” okulasi
dibuat pada ketinggian 10 cm dari permukaan tanah dengan ukuran jendela 1 cm x 5
cm
3. Mata entres
yang akan digunakan sebagai batang atas dipilih dari tunas cabang
yang sehat.
4. Ukuran mata
entres yang telah diambil dari caban entres dibuat lebih kecil dari ukuran
“jendela”
okulasi.
4.
Kemudian mata entres
ditempelkan atau dimasukka didalam jendela, diikat rapat dengan menggunakan
tali rafia atau plastik.
5.
Okulasi berhasil tumbuh bila
warna tunas tetap hijau. Bila berwarna cokelat berarti okulasi gagal
Tehnik sambung
1.
Siapkan semaian bici tanaman dalam wadah polybag
2.
Potoglah pucuk cabang yang ada hingga tersisa batang
bawah saja
3.
Untuk calon batang atas, pilihlah pucuk cabang yang
lengkap dengan kuncup daun. Batang atas tidak boleh lebih besar dari batang
bawah
4.
Buanglah daun-daun pada calon batang atas dan
sisakan dua helai yang paling ujung
5.
Potong daun yang tinggal dua helai itu hingga
tersisa ¼ bagian
6.
Belah bagian tengah batang bawah setelah pucuknya
dipotong
7.
Tangkal batang berbentuk baji. Panjang irisan sama
dengan panjang velan
8.
Batang atas disisipkan kebelahan batang bawah
sehingga kambium keduanya bisa bertemu
9.
Ikat Samsungan dengan tali plastik serapat mungkin
10. Kerudungi
setiap sambungan dengan kantong plastik. Setelah tumbuh, sambungan pucuk akan
menjadi bibit kombinasi.
BAB
IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pada praktiikum ini tidak diamat karena belum sampai
waktunya 1minggu setelah praktikum dilaksanakan
4.2 Pembahasaan
kegiatan okulasi bertujuan untuk perbanyakan
tanaman karet secara vegetatif. Dibandingkan dengan biji, bibit yang dihasilkan
dari okulasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1) pertumbuhannya seragam, 2)
variasi antar individu sangat kecil, 3) produktivitas tinggi, 4) perbanyakannya
mudah dan 5) bibitnya bagus karena berasal dari hasil seleksi
Dalam kegiatan okulasi yang menggabungkan sifat
unggul dari kedua klon dalam satu individu, maka diperlukan kompatibilitas dari
kedua batang tanaman karet. Kompatibilitas batang atas dan batang bawah adalah
kecocokan antara kedua batang yang akan dilakukan okulasi agar dapat dihasilkan
individu yang harmonis sehingga diperoleh produksi dan umur ekonomis yang
tinggi. Jika tidak kompatibel dikhawatirkan tanaman karet tersebut tidak akan
pernah tumbuh dan tidak memiliki umur ekonomi yang tinggi. Batang bawah yang
siap diokulasi harus memiliki daya gabung yang baik dan tahan terhadap hama
penyakit batang. Bibit semaian batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya
berumur 5 bulan yang untuk mempermudah namun dapat juga digunakan batang yang
kurang dari umur tersebut, asal pertumbuhan dan batangnya sudah cukup besar.
Selain itu, pemilihan batang bawah harus dilihat dari ada tidaknya daun muda
yang tumbuh, dalam hal ini perlu dipilih pohon yang tidak ada daun mudanya
karena dikhawatirkan hasil okulasi tidak akan tumbuh.
Pada kegiatan okulasi, dibutuhkan mata entres yang
berasal dari batang atas yang kemudian akan ditempelkan ke batang bawah dari
tanaman karet. Batang atas dipilih klon yang sesuai dengan lingkungan ekologi
yang bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon yang
dianjurkan dalam skala besar. Mata entres diperlukan karena dapat berfungsi
untuk kegiatan produksi karet. Mata entres disebut juga mata prima, yang
ditandai adanya bekas tangkai daun atau berada pada ketiak daun. Mata inilah
yang terbaik untuk okulasi. Letaknya dibagian tengah internodia. Penempelan
batang atas pada batang bawah karet diawali dengan pembuatan jendela atau
disebut forket. Pembuatan forket ini akan lebih baik diawali dengan menyayat
sisi sebelah kiri, karena melalui sisi tersebut dapat dilihat batasan keluarnya
getah dari batang karet. Sehingga dapat menyamakan dengan sisi yang sebelah
kanan. Forket ini tidak boleh dibuka terlebih dahulu sebelum mata entres siap
karena akan menyebabkan kambium menjadi kering.
Tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal
terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas
(entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika
salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan
gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
BAB V
KESIMPULAN
Adapun
beberapa kesimpulan yang dapat diambil antara lain sbb;
·
Batang bawah dan batang atas yang
siap diokulasi harus memiliki daya gabung yang baik dan tahan terhadap hama
penyakit batang.
·
Kegiatan okulasi harus mengikuti
tahapan-tahapan dan prosedur yang benar agar okulasi berhasil dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abror Yudi Prabowo, 2007. Teknis
Budidaya Kopi. http://teknis-budidaya.blogspot.com
Didownload pada tanggal 16 Juni 2012,
12:37:56 PM
Anonim, 2009. Budidaya Kopi. http://segalatanaman.blogspot.com.
Didownload pada tanggal 16
Juni
2012,
12:37:56 PM
Anonim, 2009. Teknik Pembukaan Lahan Tanpa Bakar. http://ditjenbun.deptan.go.id.
Donwlod 29 Mei 2012.
Prasetyo.
2012. Hand-Out Materi Kuliah Budidaya
Tanaman Industri. Bengkulu : Faperta UNIB
Prasetyo,
dkk. 2012. Penuntun Praktikum Budidaya Tanaman
Industri. Bengkulu : Laboratorium
Agronomi UNIB
Qitanonq,
2006. Budidaya Tanaman Kakao. http://www.mail-archive.com. Didownload pada tanggal
16 Juni 2012,
12:37:57 PM
Sofyan, A. 2008. Pembukaan
areal Perkebunan. http://pla.deptan.go.id. Donwlod 29 Mei 2012
LEMBAR PENGESAHAN
MATA
KULIAH PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI
Disusun sebagai laporan akhir semua
kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan mata kuliah Produksi Tanaman Industri
Oleh :
DERMAWAN PURBA
NPM : E1J010021
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui
oleh dosen / co assisten pada
Tanggal
Juni 2012
Bengkulu, Juni 2012
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Praktikan,
(………………….............) ( Dermawan Purba)
NIP.
NPM. E1J010021