Kamis, 03 Mei 2012

Laporan Praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman_mengukur berat serangannya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Tindakkan pengendalian dimaksudkan sebagai usaha untuk mencegah atau membatasi kerugian ekonomi akibat pengganggu. Tindakan harus dilandasi dengan pertimbangan – pertimbangan ekonomis, sehingga tindakan tersebut benar – benar menguntungkan bagi kita. Oleh karena itu, adapun latar belakang dari praktikum ini adalah untuk mengukur seberapa besar/berat serangannya sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalaian.

1.2.  Tujuan
Pelaksanaa pratikum ini bertujuan untuk dapat menaksirkan berat serangan atau tingkat kerusakan pada suatu pertanaman yang mengalami gangguan.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis hama yang biasa menyerang tanaman kedelai relatif banyak, baik yang berpotensi merusak tanaman dalam katagori ringan hingga berat, mengakibatkan penurunan produksi, dan bahkan mengakibatkan tanaman fuso (tidak menghasilkan).
Berdasarkan waktu timbulnya gangguan, perlindungan tanaman pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara preventif dan kuratif. Perlindungan tanaman secara preventif dilakukan untuk pencegahan sebelum tanaman terganggu, sedangkan perlindungan secara kuratif dilakukan untuk mengurangi kerugian selama tanaman terganggu. Perlindungan tanaman yang baik dilakukan secara preventif terlebih dahulu dan jika tanaman mengalami gangguan dilakukan perlindungan secara kuratif. (Purnomo, B, 2011 hal 28).

Prinsip tingkat kerusakan ditentukan dengan menghitung berapa besar tanaman atau bagian tanaman yang rusak oleh suatu pengganggu dibandingkan dengan besarnya seluruh pertanaman atau bagian tanaman yang ada. Tingkat kerusakan tanaman dapat dinyatakan dalam persen (%), proporsi (bagian), atau skoring. Penggunaan skoring hanya sesuai dengan kenyataan jika dipertimbangkan antara tingkat kerusaan dengan tingkat kerugian tanaman. (Nn,  2011 hal 17).

Metode penentuan berat serangan sulit dibuat secara umum untuk semua jenis gangguan, karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya, misalnya: jenis tanaman dan bagian tanaman yang sakit, pengganggu yang menyerang, cara serangannya, lingkungan yang membantu dan menghambat. Metode menjadi penentuan menjadi tepat jika nilai berat serangan setara dengan tingkatkerugian. Pada prinsipnya menggunakan rumus umum bahwa berat serangan sama dengan ratio antara kuantitas bagian yang rusak dengan kuantitas seluruh bagian. (Nn,  2011 hal 17).
X = bk x 100 %
       bt
dengan arti lambang : X       =             berat serangan
                                    bk     =             besar kerusakan
                                    bt      =             besar tanaman atau bagian yang diamati.
(Nn,  2011 hal 17).

Kerusakan yang sulit diukur secara langsung besarnya dapat dilakukan uju pendekatan dengan cara skoring kemudian dihitung berdasarkan indeks serangan McKinney (1923) yang dipopulerkan oleh Townsend dan Humberger (1943) sehingga dikenal dengan rumus Townsend dan Humberger, yaitu
X = ∑Nv
       zN
Dengan arti simbol      X      =          berat serangan
                                    n =    jumlah anggota sampel tiap kategori skoring
                                    V      =          nilai numerik tiap kategori yang diamati
                                    N      =          jumlah keseluruhan anggota sampel
                                    z =    nilai numerik pada kategori skoring yang dibuat
(Nn,  2011 hal 17).


 Secara matematis, model perkembangan penyakit dapat diperkirakan menggunakan rumus van der Plank (1963), yakni Xt = X0.ert dengan arti lambang bahwa Xt = berat serangan pada waktu t, X0 = berat serangan pada waktu awal, e = kontante bilangan normal (2,71828), r = laju penyakit, dan t = waktu. Perlindungan tanaman menggunakan pendekatan matematis ini pada prinsipnya adalah mengusahakan nilai Xt sekecil mungkin. Nilai Xt akan menjadi kecil jika serangan awal (X0 ) kecil, laju penyakit (r) lambat, dan waktu (t) interaksi sebentar. Oleh karena itu, van der Plank juga membedakan perlindungan tanaman menjadi dua tujuan, yaitu mengurangi penular (X0) dan menurunkan laju penyakit (r). (Purnomo, B, 2011 hal 28).

1.2.1. Cara-cara pelaksanaan perlindungan tanaman (Roberts, 1978)
  1. Cara kultur teknis atau budidaya tanaman. Kultur teknis merupakan cara perlindungan dengan memanfaatkan kondisi lingkungan yang dimanipulasi supaya tidak sesuai dengan kondisi lingkungan yang dibutuhkan pengganggu, tetapi sesuai dengan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman. Beberapa contoh perlindungan tanaman menggunakan cara kultur teknis, yaitu :

2.      Penggunaan tanaman tahan. Varietas tahan banyak dilakukan dalam perlindungan tanaman karena cara ini sangat mudah dilakukan dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Selain itu cara ini tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan dapat dikombinasikan dengan cara-cara perlindungan yang lain. Kelemahan cara ini yaitu biayanya tinggi untuk penemuan tanaman tahan, sulit mendapatkan sumber gen, sering menimbulkan biotipe atau ras baru pada pengganggu, bahkan tanaman-tanaman tahan hasil  transgenik masih dipertanyakan pengaruhnya terhadap perilaku manusia sebagai konsumen. (Purnomo, B, 2011 hal 30).

3. Cara fisik. Perlindungan tanaman menggunakan cara fisik dilakukan dengan memanfaatkan faktor-faktor fisik, misalnya suhu, kelembaban, sinar atau radiasi. Perlindungan tanaman dengan tujuan untuk mempertahankan rasa manis jagung muda dapat dilakukan dengan merebus (suhu tinggi berair), sayuran maupun buah-buahan supaya awet segar perlu disimpan dalam almari pendingin (suhu rendah), biji-bijian supaya tidak mudah berjamur perlu dikeringkan (kelembaban atau kandungan air rendah). (Purnomo, B, 2011 hal 30).

4. Cara mekanik. Perlindungan tanaman menggunakan cara mekanik dilakukan dengan menggunakan alat dan tenaga. Contoh cara mekanik, yaitu kondomisasi atau pembungkusan buah menggunakan kantong (plastik, kertas), lelesan atau memetik dan mengumpulkan buah terserang, pemangkasan atau memotong cabang, ranting yang terserang, gropyok atau mencari dan membunuh hama, driving mengusir menggunakan bunyi. (Purnomo, B, 2011 hal 30).
5. Penggunaan peraturan atau undang-undang karantina. Sasaran perlindungan tanaman menggunakan peraturan adalah manusia. Cara ini lebih bersifat mencegah masuk, berkembang, dan menyebarnya suatu pengganggu dari dan ke daerah atau negara. Secara umum ada tiga bidang, yaitu karantina asing yang mengatur antar negara, karantina domestik yang mengatur antar wilayah yang dibatasi faktor alam, dan sertifikasi atau pemberian keterangan bebas pengganggu yang membahayakan pada suatu komoditi pertanian. (Purnomo, B, 2011hal 30).

6. Penggunaan bahan kimia. Pada kenyataan sehari-hari, kita sering mendengar istilah-sitilah pembrantasan, pengendalian, dan pengelolaan hama penyakit tanaman (PHT). Kata pembrantasan berasal dari bahasa Belanda ‘bestrijding’ yang artinya dibersihkan atau dibebaskan, sedangkan kata pengendalian berasal dari bahasa Inggris ‘control’ yang artinya mengatur dan kata pengelolaan berasal dari kata ‘management’ yang artinya mengatur secara kontinyu. Pestisida berasal dari dua kata yakni pest (=pengganggu) dan cide (= racun).
















BAB III
METODOLOGI

2.1.      Bahan dan Alat


Bahan
·         Petak pertanaman dengan macam-macam serangan



Alat
·         Pena
·         Kertas
·         Penggaris


2.2.Cara kerja
  1. Tipe kerusakan pada petak pertanaman ditentukan apakah proposional dengan tingkat kerugian atau tidak.
  2. Pada kerusakan yang tidak proporsional dengan kerugian dibuat skoring dan kriteria sesuai dengan gejala/kerusakan tanaman yang proporsional dengan tingkat kerugian dengan melakukan pengukuran secara langsung dengan membandingkan kualitasnya.
  3. Unit sampling (tanaman sampel) ditentukan secara acak atau statum.
  4. Diamati dan dicatat kerusakannya menurut tipe kerusakannya serta jenis pengganggunya.
  5. Berat serangan ditentukan dengan perhitungan berdasarkan hasil pengamatan.,
  6. Berdasarkan pendekatan skoring untuk akibat serangan berupa lubang pada daun maka kriteria serangan :
Skor
Kriteria
0
Tidak ada gejala*/kerusakan sama sekali atau kalau ada hanya 1 – 2 bercak pada seluruh daun pada tanaman
1
Kurang dari separuh daun*bergejala**/rusak
2
Kurang lebih separuh daun bergejala/rusak
3
Kurang dari separu daun tidak bergejala/ tidak rusak
4
Hanya 1-2 daun saja yang tidak bergejala/tidak rusak
5
Seluruh daun bergejala/rusak atau tanaman mulai menunjukan tanda – tanda kematian
6

7

8

























BAB IV
HASIL PENGAMATAN


Tabel 1.1.Hasil Pengamatan Berat Serangan
Baris
Skor pertanaman Ke-
Jumlah
1
2
3
4
5
6
1
4
4
2
8
4
4
26
2
4
8
2
4
4
4
26
3
2
2
2
2
2
8
18
4
4
0
0
2
4
4
14
5
4
2
2
2
2
4
16
6
2
4
0
0
2
2
10
7
4
2
0
2
2
2
12
8
2
2
2
2
2
2
12
9
2
2
4
4
2
2
16

Perhitungan :


X1 =         26      × 100%
                 48
      = 54,16 %

X2 =         26      × 100%
                 48
      = 54,16 %

X3 =         18      × 100%
                 48
      = 37,5 %

X4 =         14      × 100%
                 48
      = 29,1 %

X5 =         16      × 100%
                 48
   
 = 33,3 %
X6 =         10      × 100%
                 48
      = 20,83%

X7 =          12      × 100%
                 48
      = 25 %

X8 =          12      × 100%
                 48
      = 25 %

X9 =         16      × 100%
                 48
      = 33,3 %



Xtot =  x1+x2+x3+xn     
                  N

Xtot =                312,4                  = 34,71 %
                               9


BAB V
PEMBAHASAN

Dalam melakukan pratikum dikebun tanaman sengon  IHPT(Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan) tentang pengukuran berat serangan maka didapatkan hasil bahwa serangan hama yang terjadi pada setiap tanaman dalam  satu  areal pertanaman yang sama (satu  lahan) baik yang berada dalam posisi berdampingan ataupun tidak memiliki tingkat serangan yang berbeda antara satu tanaman dengan tanaman yang lain meskipun dalam satu spesies tanaman yang sama.   
Dimana pada pengamatan dan perhitungan terhadap serangan  yang sudah dilakukan pada satu lahan pertanaman didapatkan hasil berupa serangan yang cukup berat karena tingkat serangan mencapai 53 % pada 2 tanaman yang artinya sangat perlu dilakukan pengendalian karena dikawatirkan tanaman lain akan sampai pada persentase kerusakan yang samasedangkan 52 tanaman yang lain masih dalam batas serangan yang ringan karena serangan masih dalam interval antara 20-37 %..








BAB VI
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
            Dari pelaksanaan pratikum tentang mengukur berat serangan didapatkan kesimpulan bahwa:Tingkat kerusakan tanaman memiliki batas standar kerusakan yang ditimbulkan oleh hama pengganggu dan metode yang digunakan dalam penentuan berat serangan pada semua jenis gangguan tergantung pada jenis tanaman dan bagian tanaman yang mengalami gangguan, jenis atau kelompok pengganggu yang menyerang pertanaman, cara pengganggu dalam mengganggu pertanaman, serta keadaan lingkungan sekitar tempat terdapatnya pertanaman dan apbila persentase sudah menyentuh level 50 % sudah harus dilakukan pengendalian..



















DAFTAR PUSTAKA


·         Anonim. 2011. Penuntun Pratikum Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman.   Bengkulu
·         Purnomo, B. 2011. Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Bengkulu.
·         Anonym,2011.mengukur berat serangan.wikipedia (diakses pada 26 nov 2011 pada pukul 20.00 wib)















Tidak ada komentar:

Posting Komentar