BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tindakkan pengendalian dimaksudkan sebagai usaha untuk
mencegah atau membatasi kerugian ekonomi akibat pengganggu. Tindakan harus
dilandasi dengan pertimbangan – pertimbangan ekonomis, sehingga tindakan
tersebut benar – benar menguntungkan bagi kita. Oleh karena itu, adapun latar
belakang dari praktikum ini adalah untuk mengukur seberapa besar/berat
serangannya sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalaian.
1.2. Tujuan
Pelaksanaa pratikum ini bertujuan
untuk dapat menaksirkan berat serangan atau tingkat kerusakan pada suatu
pertanaman yang mengalami gangguan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis hama yang biasa
menyerang tanaman kedelai relatif banyak, baik yang berpotensi merusak tanaman
dalam katagori ringan hingga berat, mengakibatkan penurunan produksi, dan
bahkan mengakibatkan tanaman fuso (tidak menghasilkan).
Berdasarkan
waktu timbulnya gangguan,
perlindungan tanaman pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
secara preventif dan kuratif. Perlindungan tanaman secara
preventif dilakukan untuk pencegahan sebelum tanaman terganggu, sedangkan
perlindungan secara kuratif dilakukan untuk mengurangi kerugian selama tanaman
terganggu. Perlindungan tanaman yang baik dilakukan secara preventif terlebih
dahulu dan jika tanaman mengalami gangguan dilakukan perlindungan secara
kuratif. (Purnomo,
B, 2011 hal 28).
Prinsip tingkat kerusakan ditentukan dengan menghitung
berapa besar tanaman atau bagian tanaman yang rusak oleh suatu pengganggu
dibandingkan dengan besarnya seluruh pertanaman atau bagian tanaman yang ada.
Tingkat kerusakan tanaman dapat dinyatakan dalam persen (%), proporsi (bagian),
atau skoring. Penggunaan skoring hanya sesuai dengan kenyataan jika
dipertimbangkan antara tingkat kerusaan dengan tingkat kerugian tanaman. (Nn,
2011 hal 17).
Metode penentuan berat serangan sulit dibuat secara umum
untuk semua jenis gangguan, karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya,
misalnya: jenis tanaman dan bagian tanaman yang sakit, pengganggu yang
menyerang, cara serangannya, lingkungan yang membantu dan menghambat. Metode
menjadi penentuan menjadi tepat jika nilai berat serangan setara dengan
tingkatkerugian. Pada prinsipnya menggunakan rumus umum bahwa berat serangan
sama dengan ratio antara kuantitas bagian yang rusak dengan kuantitas seluruh
bagian. (Nn, 2011 hal 17).
X = bk x 100 %
bt
dengan arti lambang : X = berat serangan
bk = besar
kerusakan
bt = besar
tanaman atau bagian yang diamati.
(Nn, 2011 hal 17).
Kerusakan yang sulit
diukur secara langsung besarnya dapat dilakukan uju pendekatan dengan cara
skoring kemudian dihitung berdasarkan indeks serangan McKinney (1923) yang
dipopulerkan oleh Townsend dan Humberger (1943) sehingga dikenal dengan rumus
Townsend dan Humberger, yaitu
X = ∑Nv
zN
Dengan arti simbol X = berat serangan
n = jumlah
anggota sampel tiap kategori skoring
V = nilai
numerik tiap kategori yang diamati
N = jumlah
keseluruhan anggota sampel
z = nilai
numerik pada kategori skoring yang dibuat
(Nn, 2011 hal 17).
Secara matematis, model
perkembangan penyakit dapat diperkirakan menggunakan rumus van der Plank
(1963), yakni Xt = X0.ert dengan arti lambang bahwa Xt =
berat serangan pada waktu t, X0 = berat serangan pada waktu awal, e =
kontante bilangan normal (2,71828), r = laju penyakit, dan t = waktu.
Perlindungan tanaman menggunakan pendekatan matematis ini pada prinsipnya
adalah mengusahakan nilai Xt sekecil mungkin. Nilai Xt akan
menjadi kecil jika serangan awal (X0 ) kecil, laju penyakit (r)
lambat, dan waktu (t) interaksi sebentar. Oleh karena itu, van der Plank juga
membedakan perlindungan tanaman menjadi dua tujuan, yaitu mengurangi penular (X0) dan
menurunkan laju penyakit (r). (Purnomo, B, 2011 hal 28).
1.2.1. Cara-cara pelaksanaan perlindungan tanaman (Roberts,
1978)
- Cara kultur teknis atau budidaya tanaman. Kultur teknis merupakan cara perlindungan dengan memanfaatkan kondisi lingkungan yang dimanipulasi supaya tidak sesuai dengan kondisi lingkungan yang dibutuhkan pengganggu, tetapi sesuai dengan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman. Beberapa contoh perlindungan tanaman menggunakan cara kultur teknis, yaitu :
2.
Penggunaan
tanaman tahan. Varietas tahan banyak dilakukan dalam perlindungan tanaman
karena cara ini sangat mudah dilakukan dengan memanfaatkan hasil-hasil
penelitian. Selain itu cara ini tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan dapat dikombinasikan dengan cara-cara perlindungan yang lain.
Kelemahan cara ini yaitu biayanya tinggi untuk penemuan tanaman tahan, sulit
mendapatkan sumber gen, sering menimbulkan biotipe atau ras baru pada
pengganggu, bahkan tanaman-tanaman tahan hasil transgenik masih dipertanyakan pengaruhnya
terhadap perilaku manusia sebagai konsumen. (Purnomo,
B, 2011 hal 30).
3.
Cara fisik. Perlindungan tanaman menggunakan cara fisik dilakukan dengan
memanfaatkan faktor-faktor fisik, misalnya suhu, kelembaban, sinar atau
radiasi. Perlindungan tanaman dengan tujuan untuk mempertahankan rasa manis
jagung muda dapat dilakukan dengan merebus (suhu tinggi berair), sayuran maupun
buah-buahan supaya awet segar perlu disimpan dalam almari pendingin (suhu
rendah), biji-bijian supaya tidak mudah berjamur perlu dikeringkan (kelembaban
atau kandungan air rendah). (Purnomo, B, 2011 hal
30).
4.
Cara mekanik. Perlindungan tanaman menggunakan cara mekanik dilakukan dengan
menggunakan alat dan tenaga. Contoh cara mekanik, yaitu kondomisasi atau
pembungkusan buah menggunakan kantong (plastik, kertas), lelesan atau memetik
dan mengumpulkan buah terserang, pemangkasan atau memotong cabang, ranting yang
terserang, gropyok atau mencari dan membunuh hama, driving mengusir menggunakan
bunyi. (Purnomo, B, 2011 hal 30).
5.
Penggunaan peraturan atau undang-undang karantina. Sasaran perlindungan tanaman
menggunakan peraturan adalah manusia. Cara ini lebih bersifat mencegah masuk,
berkembang, dan menyebarnya suatu pengganggu dari dan ke daerah atau negara.
Secara umum ada tiga bidang, yaitu karantina asing yang mengatur antar negara,
karantina domestik yang mengatur antar wilayah yang dibatasi faktor alam, dan
sertifikasi atau pemberian keterangan bebas pengganggu yang membahayakan pada
suatu komoditi pertanian. (Purnomo, B, 2011hal
30).
6.
Penggunaan bahan kimia. Pada kenyataan sehari-hari, kita sering mendengar
istilah-sitilah pembrantasan, pengendalian, dan pengelolaan hama penyakit
tanaman (PHT). Kata pembrantasan berasal dari bahasa Belanda ‘bestrijding’ yang
artinya dibersihkan atau dibebaskan, sedangkan kata pengendalian berasal dari
bahasa Inggris ‘control’ yang artinya mengatur dan kata pengelolaan berasal
dari kata ‘management’ yang artinya mengatur secara kontinyu. Pestisida berasal
dari dua kata yakni pest (=pengganggu) dan cide (= racun).
BAB III
METODOLOGI
2.1.
Bahan dan Alat
Bahan
·
Petak pertanaman dengan macam-macam serangan
Alat
·
Pena
·
Kertas
·
Penggaris
2.2.Cara kerja
- Tipe kerusakan pada petak pertanaman ditentukan apakah proposional dengan tingkat kerugian atau tidak.
- Pada kerusakan yang tidak proporsional dengan kerugian dibuat skoring dan kriteria sesuai dengan gejala/kerusakan tanaman yang proporsional dengan tingkat kerugian dengan melakukan pengukuran secara langsung dengan membandingkan kualitasnya.
- Unit sampling (tanaman sampel) ditentukan secara acak atau statum.
- Diamati dan dicatat kerusakannya menurut tipe kerusakannya serta jenis pengganggunya.
- Berat serangan ditentukan dengan perhitungan berdasarkan hasil pengamatan.,
- Berdasarkan pendekatan skoring untuk akibat serangan berupa lubang pada daun maka kriteria serangan :
Skor
|
Kriteria
|
0
|
Tidak ada gejala*/kerusakan sama
sekali atau kalau ada hanya 1 – 2 bercak pada seluruh daun pada tanaman
|
1
|
Kurang dari separuh daun*bergejala**/rusak
|
2
|
Kurang lebih separuh daun bergejala/rusak
|
3
|
Kurang dari separu daun tidak bergejala/ tidak rusak
|
4
|
Hanya 1-2 daun saja yang tidak bergejala/tidak rusak
|
5
|
Seluruh daun bergejala/rusak atau tanaman mulai
menunjukan tanda – tanda kematian
|
6
|
|
7
|
|
8
|
|
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
Tabel
1.1.Hasil Pengamatan Berat Serangan
Baris
|
Skor
pertanaman Ke-
|
Jumlah
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1
|
4
|
4
|
2
|
8
|
4
|
4
|
26
|
2
|
4
|
8
|
2
|
4
|
4
|
4
|
26
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
18
|
4
|
4
|
0
|
0
|
2
|
4
|
4
|
14
|
5
|
4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
4
|
16
|
6
|
2
|
4
|
0
|
0
|
2
|
2
|
10
|
7
|
4
|
2
|
0
|
2
|
2
|
2
|
12
|
8
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
12
|
9
|
2
|
2
|
4
|
4
|
2
|
2
|
16
|
Perhitungan :
X1 = 26
× 100%
48
= 54,16 %
X2 = 26
× 100%
48
= 54,16 %
X3 = 18
× 100%
48
= 37,5 %
X4 = 14
× 100%
48
= 29,1 %
X5 = 16
× 100%
48
= 33,3 %
X6 = 10
× 100%
48
= 20,83%
X7 = 12
× 100%
48
= 25 %
X8 = 12
× 100%
48
= 25 %
X9 = 16
× 100%
48
= 33,3 %
Xtot = x1+x2+x3+xn
N
Xtot = 312,4 =
34,71 %
9
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam
melakukan pratikum dikebun tanaman sengon IHPT(Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan) tentang pengukuran berat serangan
maka didapatkan hasil bahwa serangan hama yang terjadi pada setiap tanaman
dalam satu areal pertanaman yang sama (satu lahan) baik yang berada dalam posisi
berdampingan ataupun tidak memiliki tingkat serangan yang berbeda antara satu
tanaman dengan tanaman yang lain meskipun dalam satu spesies tanaman yang sama.
Dimana pada pengamatan dan perhitungan terhadap
serangan yang sudah dilakukan pada satu
lahan pertanaman didapatkan hasil berupa
serangan yang cukup berat karena tingkat serangan mencapai 53 % pada 2 tanaman
yang artinya sangat perlu dilakukan pengendalian karena dikawatirkan tanaman
lain akan sampai pada persentase kerusakan yang samasedangkan 52 tanaman yang
lain masih dalam batas serangan yang ringan karena serangan masih dalam
interval antara 20-37 %..
BAB VI
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pelaksanaan pratikum tentang
mengukur berat serangan didapatkan kesimpulan bahwa:Tingkat kerusakan tanaman
memiliki batas standar kerusakan yang ditimbulkan oleh hama pengganggu dan metode yang
digunakan dalam penentuan berat serangan pada semua jenis gangguan tergantung
pada jenis tanaman dan bagian tanaman yang mengalami gangguan, jenis atau
kelompok pengganggu yang menyerang pertanaman, cara pengganggu dalam mengganggu
pertanaman, serta keadaan lingkungan sekitar tempat terdapatnya pertanaman dan apbila persentase
sudah menyentuh level 50 % sudah harus dilakukan pengendalian..
DAFTAR PUSTAKA
·
Anonim.
2011. Penuntun Pratikum
Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Bengkulu
·
Purnomo,
B. 2011. Dasar
– Dasar Perlindungan Tanaman. Bengkulu.
·
Anonym,2011.mengukur
berat serangan.wikipedia (diakses pada 26 nov 2011 pada pukul 20.00 wib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar